Author galau datang lagi. heheh. Karena nganggur dan UAS masih 3 hari lagi, jadilah ngepost deh FF ini. Gak usah banyak bacot deh langsung aja. Saya tidak pernah mengharapkan ini dibaca atau dikomen, toh FF ini dipost juga karena saya yang pengen bukan karena tendensi apapun. ^_^
~oOo~
Curse of the Glass Shoes Part 1. VisionTitle : Curse of The Glass Shoes
Author : Shin Chaerin/ Karin Asuka
Genre : Fantasy, Romance, Life
Rating : PG15
Main Casts :
INFINITE Hoya as Lee Howon/ Hoya
A PINK Eunji as Jung Eunji
Other Casts :
MBLAQ Lee Joon as Lee Joon
SISTAR Hyorin & Bora (cameo)
Seo In Guk (cameo)
4minute Hyuna (cameo)
Type : Chaptered
Disclaimer: Semua cast bukan milik saya walaupun pengen banget ngoleksi mereka yang ganteng-ganteng. *eh. Enjoy my craziest fantasy ever.
Chapter 2. Gate to Another World
Wajah gadis itu hampa, tanpa ekspresi apapun..tapi matanya.. matanya menyiratkan kesedihan yang luar biasa. Rambut hitam bergelombangnya berantakan, gaun putihnya kusut, dia seperti ingin berteriak minta tolong, tetapi entah kenapa tidak ada satu pun suara keluar dari mulutnya.
Eunji bangun dari mimpi buruknya. Dalam mimpi dia melihat gadis itu lagi, gadis yang tiba-tiba muncul di pikirannya saat dia menyentuh sepatu kaca tempo hari lalu. Mimpi itu berulang-ulang hingga membuat Eunji stress. Dengan susah payah Eunji mengenyahkan bayangan mimpinya. Dilirik jam bekernya sekilas, dan dia terperanjat mendapati jarum jamnya telah menunjuk ke angka 8.30. Handphonenya tiba-tiba bergetar, menambah kepanikannya.
Ya! Jung Eunji! Kenapa kau harus telat bangun hari ini? Kenapa tidak kemaren atau besok atau lusa saja???
Eunji mengomel tanpa henti. Dilemparkannya handphone yang masih meraung-raung minta diangkat itu ke kasur setelah Eunji tau bahwa yang menelepon adalah Hoya. Hoya dari tadi sudah menunggu Eunji di depan rumahnya. Rumah mereka hanya berjarak lima rumah, dan entah kebetulah atau bukan Eunji dan Hoya adalah partner praktikum Operasi Teknik Kimia, praktikum paling horror di jurusannya. Dan sialnya lagi, hari ini tepat jam 9 mereka ada jadwal praktikum. Eunji dengan terburu-buru masuk ke kamar mandi, dengan sedikit cipratan ke sana sini, dia selesai bersiap-siap. Dikuncirnya rambut panjang lurusnya tinggi-tinggi, poninya dia sisir ke depan dengan rapi, dengan sekali angkat, ranselnya yang penuh dengan bekal praktikum sudah bertengger di bahunya. Eunji lari setengah terbirit-birit ke depan rumah, Umma yang melihatnya terheran-heran dengan Eunji yang lari seperti dikejar maling. Tapi umma nya sudah hafal kebiasaan anak gadisnya itu. Anaknya itu pasti sudah terlambat sekali pagi ini. Eunji mengucapkan salam pada Ummanya dan segera berangkat. Begitu ia membuka pintu pagar rumahnya, Hoya sudah menunggu dengan muka masam.
“Ya! Aku meneleponmu berkali-kali ! “ kata Hoya dengan sebal, lututnya sudah pegal dari tadi berdiri di luar.
“Mian mian, aku telat bangun, kajja!” kata Eunji sambil menarik Hoya, setengah mengalihkan perhatian agar Hoya tidak mengomel berkepanjangan.
“Tidak ada yang ketinggalan kan? Modul praktikum? Laporan pengamatan? PPE (Personal Protection Equipment)?” Tanya Hoya yang khawatir Eunji meninggalkan sesuatu sebelum mereka naik bus.
“Aissh, iya iya, aku sudah bawa semua, tenang saja” jawab Eunji agak risih karena dirinya berasa diinterogasi.
“Arasso, hari ini asisten kita Lee Joon sunbae, hati-hati dengannya, gosipnya dia galak dan hmm aku lupa apa lagi gossip yang beredar tentangnya, pokoknya jangan berbuat ulah. Aku tidak mau nilai praktikumku melayang gara-gara asisten itu” kata Hoya mewanti-wanti Eunji.
“Ha? Lee Joon sunbae baik sekali padaku kok” kata Eunji cuek sambil makan roti yang dibawanya dari rumah.
“benarkah?” Tanya Hoya tidak percaya. Entah kenapa dia tidak menyukai gagasan itu. Lee Joon baik pada Eunji, padahal sunbae satu itu selalu saja dingin padanya, dan pada orang selain Eunji.
Bus yang mereka naiki persis berhenti di depan kampus mereka. Dengan sekuat tenaga mereka lari menuju lab di jurusannya. Mereka terengah-engah karena harus berlari sambil membawa ransel di bahu mereka.
“Ya! Kalian cepat masuk!” kata seseorang yang Eunji dan Hoya kenali sebagai Lee Joon, sunbae sekaligus asisten mereka di praktikum hari ini.
“Annyeonghaseo sunbae” Eunji memberi salam dan membungkuk pada Lee Joon, Hoya mengikuti Eunji.
“Ne, cepat masuk , praktikum segera mulai, kalian sudah terlambat 10 menit, jadi nilai dipotong 10%” kata Lee Joon tegas.
Hoya dan Eunji cuma diam sambil mengomel dalam hati. Dalam hati Hoya menyalahkan Eunji yang terlambat bangun. Eunji menyadari tatapan Hoya yang seakan bilang ‘ini salahmu’. Eunji menyikut perut Hoya, membuat Hoya sedikit meringis dan geleng-geleng kepala. Tiba-tiba pandangan Hoya bertemu dengan Lee Joon. Sunbae nya itu menatap tidak suka ke arahnya, Hoya tidak mengerti. Namun bel akhir tanda praktikum harus dimulai sudah berbunyi, mereka berdua pun masuk lab dan memulai praktikumnya yang melelahkan.
Sebagai asisten, Lee Joon memperhatikan Eunji dan Hoya dari jauh. Senyumnya mengembang melihat semua tingkah Eunji yang menurutnya lucu. Namun senyumnya memudar ketika melihat Eunji dan Hoya berdekatan. Ia tidak suka, bahkan membencinya. Ingatannya berputar kembali ketika dia mengikuti Eunji dan Hoya ke department store kemarin (kepo banget). Dia melihat mereka berdua sangat akrab, dan sangat membenci itu sampai merencanakan sesuatu yang dia sendiri pun kaget kenapa rencana seperti itu bisa dibayangkan oleh otaknya. Namun ia segera menepis segala rencana tak terbayangkan itu. Pikirannya memutar kembali saat ia berada di toko sepatu yang baru saja Eunji dan Hoya kunjungi.
“Chogiyo, ini sepatu apa?” Lee Joon bertanya pada penjaga toko sepatu itu. Gadis yang ditanyai itu melemparkan senyum terbaiknya.
“Ini sepatu kaca, sepatu yang asli, bukan imitasi sama sekali.” Jawabnya gadis itu
“Hmm, berapa harganya?” Tanya Lee Joon sambil memperhatikan detil demi detil sepatu kaca itu.
“2000 won”
“ Oke, bungkus dengan kertas yang paling bagus” kata Lee Joon dengan serta merta membeli sepatu yang tergolong mahal itu.
Lee Joon amat berharap dalam hati, Eunji mau menerimanya. Dia memperhatikan bungkusan berwana pink yang dihias pita putih itu dengan senang. Ia berencana mengungkapkan isi hatinya yang telah ia pendam pada Eunji besok.
Suara bel praktikum membuyarkan lamunan Lee Joon tentang sepatu itu. Dia memperhatikan Eunji dengan keringat yang berucucran di dahinya sedang mengelus dada. Lee joon tersenyum melihatnya, pasti Eunji kaget dengan bel itu. Memang bel praktikum Operasi Teknik Kimia ini dibuat sedemikian rupa agar terdengar agak-agak horror. (-.-)
Pandangan Lee Joon kini beralih kea rah Hoya. Menurutnya ia harus menyingkirkan Hoya dulu untuk mendapatkan Eunji, namun ia belum menemukan bagaimana caranya. Tiba-tiba muncul ide gila di otaknya. Mungkin dengan sedikit ancaman nilai, Hoya mau mundur. Lee Joon tersenyum membayangkan aksi yang akan dilakukannya pada Hoya. Pasti bocah ingusan itu takut padaku, begitu pikirnya.
“Sunbae?” suara Eunji membuyarkan lamunan Lee Joon. Eunji sudah berdiri di depan Lee Joon sambil membawa kertas laporan pengamatannya.
“Ne?” jawab Lee Joon sambil menatap wajah Eunji yang sudah kusut, capek Karena praktikum
“Kami sudah selesai praktikum, ini laporan pengamatannya.” Kata Eunji dengan sopan sambil menyerahkan laporan pengamatannya pada Lee Joon.
Lee Joon hanya mengangguk dan menerima laporan itu.
“Kami permisi dulu sunbae” Eunji bergegas meninggalkan Lee Joon. Hoya melihat Eunji pergi, ia bersungut-sngut karena Eunji tidak membantunya membereskan alat-alat praktikum tapi malah meninggalkannya begitu saja.
“Err Lee Joon sunbae, saya juga permisi dulu” kata Hoya sambil menyusul Eunji yang sudah melepas helm dan peralatan pelindungnya lalu keluar dari lab.
“Tunggu” kata Lee Joon membuat Hoya berbalik menghadapnya lagi
“Ya? Ada apa sunbae? Apa ada yang salah dengan laporannya?” Tanya Hoya khawatir Eunji salah menulis di laporan pengamatan mereka
“Tidak, tidak ada hubungannya dengan praktikum ini. Kau besok temui aku di taman air mancur dekat lab, jam 9 pagi tepat. Jangan beritahu Eunji, mengerti?” kata Lee Joon setengah mendikte Hoya.
Hoya heran, dan bertanya-tanya dalam hati apa maksud sunbae satu ini. Apa yang diinginkan Lee Joon darinya? Dan apa yang akan dibicarakannya? Bukan tentang praktikum, lalu tentang apa?. Namun Hoya hanya bisa mengiyakan dan mengangguk pada Lee Joon. Lee Joon meninggalkan Hoya dengan setengah mengancam lagi dan berkata
“jangan telat” kata Lee Joon singkat dan dingin
“Ne, sunbae” Hoya menjawab dengan singkat pula. Benaknya masih diliputi tanda tanya besar.
Keeseokan harinya pukul Sembilan kurang lima belas menit Hoya sudah mondar mandir di taman air mancur dekat lab, tempat Lee Joon mengajaknya bertemu. Benaknya masih penuh dengan tanda tanya. Apa tujuan sunbae galak itu memanggilnya kemari. Hoya tau Lee Joon memang tidak suka padanya, tapi dia juga heran kenapa. Padahal dia tidak berbuat ulah apapun yang mengganggu sunbae satu itu. Berkali kali ia melirik jam tangannya, dan mengomel dalam hati, kenapa Lee Joon tidak kunjung datang. Di tengah kegalauan yang menderanya, tiba-tiba ada seseorang memanggil namanya. Dan benar, suara itu, sunbae galak sudah datang. Dengan senang karena akhirnya sunbae itu muncul dan gugup karena tidak tau dia akan diapakan, Hoya memaksakan senyum. Hoya mengutuk dirinya sendiri yang gugup hanya karena sunbae galak itu.
“Kau sudah datang rupanya, tumben sekali tidak telat” Lee Joon menyindir. Hoya yang sedikit tertohok langsung berdehem dan senyum tapi lucunya malah lebih terlihat seperti meringis.
“Ne sunbae, sebenrarnya sunbae mau membicarakan apa?” tanya Hoya to the point, dia tidak ingin berlama-lama bersama sunbae beraura seram itu.
“Baiklah, seperti kau juga tidak ingin berlama-lama, jadi aku langsung saja ke intinya.” Kata Lee Joon. Hoya memperhatikannya dengan seksama. Lee Joon berdehem.
“Jauhi Eunji, aku tidak suka kau berada di dekatnya.” Kata Lee Joon singkat, suaranya pelan tapi tegas, langsung ke intinya, apa yang sebenarnya diinginkannya.
Hoya terhenyak, apa maksudnya? Menjauhi Eunji? Apa maksud Lee Joon berkata seperti itu?
“Kenapa?” tanya Hoya, ekspresinya bingung setengah tidak suka gagasan Lee Joon yang menyruhnya menjauhi Eunji.
“Alasannya kau tak perlu tau. Turuti saja kata-kataku atau nilai praktikummu melayang” kata Lee Joon memulai misi mengancam nilai Hoya yang sebenarnya tidak elit sama sekali.
Hoya semakin terhenyak. Dia mulai kesal pada sunbae di depannya itu. Seenaknya saja dia menyuruhnya menjauhi teman masa kecilnya sendiri, ditambah lagi mengancamnya dengan nilai. Ini benar-benar keterlaluan, begitu pkirnya. Hoya berusaha mengendalikan amarah yang tiba-tiba naik ke dadanya, terus naik sampai ubun-ubun. Ingin sekali ia menendang sunbae itu dengan tendangan maut yang diajarkan oleh Eunji, tapi untungnya ia berhasil menahan diri.
“Maaf Lee Joon sunbae. Tapi sunbae benar-benar sudah keterlaluan. Mengancam dengan nilai itu tindakan yang kotor sekali. Sunbae tau kan jika aku melaporkannya pada Minhyuk songsaengnim, apa yang akan terjadi? Sunbae bisa diskors. Jadi jangan coba-coba mengancamku dengan nilai. Dan oh satu lagi, aku tidak akan menjauhi Eunji karena alas an takut dengan sunbae. Maaf, saya permisi dulu.” Kata Hoya panjang lebar dan bersungut-sungut. Hoya meninggalkan Lee Joon begitu saja.
Lee Joon menggeram kesal karena aksi Hoya menolak perintah lee Joon. Awas bocah ingusan itu ya, tunggu saja, kata Lee Joon dalam hati sambil memikirkan plan B untuk menyingkirkan Hoya.
Hoya menyusuri koridor jurusannya dengan bersungut-sungut. Bisa-bisanya ia menurut ketika Lee Joon menyuruhnya datang, tau begini ia tidur saja di rumahnya yang nyaman. Hoya benar-benar kesal. Lebih kesal lagi karena mestinya hari ini ia tidak ada kuliah sehingga bisa bangun siang, tapi karena sunbae sialan itu ia harus bangun pagi, repot-repot ke kampus, dan malah mendapatkan ancaman remeh. Hoya terus berjalan menuju gerbang depan kampusnya. Langkahnya terhenti saat ia mendengar segerombol mahasiswi sedang bergosip sambil menunggu bus datang. Dia memasang telinganya baik-baik karena mahasiswi itu sedang membicarakan orang yang sudah membuatnya kesal pagi-pagi, Lee Joon sunbae.
“Ya, Hyorin ah, kau sudah dengar gossip tentang Joon kan?” Hoya sayup-sayup mendengar gadis yang memakai celana dan baju ketat dengan rambut lurus sepunggung serta kulit cokelat terbakar itu bicara.
“Oh, tentang gossip dia dengan Hyuna itu?” gadis yang dipanggil Hyorin tadi menjawab antusias.
“Ne, ne, kau tahu? Hyuna hamil!!” gadis berkulit cokelat itu setengah berteriak, membuat Hoya dan beberapa mahasiswa lain menoleh ke arahnya. Hoya terkejut, Hyuna? Hamil? Dia tau Hyuna, gadis yang lumayan popular di kampusnya.
“Ya!! Pelankan suaramu Bora!!” kata Hyorin sambil menepuk bahu Bora saat dia menyadari mereka jadi pusat perhatian sejenak.
“Mian..mian, aku terlalu bersemangat. Kau tau siapa yang menghamilinya? Joon!! Joon!! Pasti dia, aku melihatnya malam-malam pergi berdua dengan Hyuna, kalau bukan Joon siapa lagi??” kata Bora berbisik. Dengan susah payah Hoya mendengarkan perbincangan asyik dua gadis yang sedang bergosip itu. Satu dua yang bisa ia tangkap adalah Lee Joon menghamili Hyuna. Dia geleng-geleng kepala karena gadis-gadis itu asyik bergosip di tempat umum seperti ini. Namun pikirannya tertuju pada Lee Joon, sunbae yang menyuruhnya menjauhi Eunji itu benar-benar memiliki reputasi buruk, lebih buruk dari yang ia kira.
Hari ini sepertinya hari yang sial bagi Hoya. Begitu ia sampai di rumah,dia malah kena damprat Appanya. Muka Hoya yang sudah kusut sekusut kusutnya jadi tambah kusut karena disuruh membantu Appanya di restoran keluarga. Hoya dengan malas berangkat ke restoran keluarganya sambil mengutuk Seo In Guk, karyawan yang mestinya tugas jaga di restoran tetapi malah kabur entah kemana.
Saat Hoya asyik mengepel lantai restoran ayahnya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Dia melihat layar ponselnya sekilas dan nama Eunji tertera disana. Segera ia angkat telepon dari Eunji, dijepitnya ponsel di telinga dengan bahunya sambil terus mengepel.
“Eunji ah, wae?” tanya Hoya sambil melanjutkan mengepel lantai restoran
“Kabar buruk” jawab Eunji singkat. Hoya mengangkat alisnya
“Wae? Kabar buruk apa? Praktikum kita gagal? Data kita jelek? Atau..” Hoya sudah mencecar Eunji dengan pertanyaan.
“Ani, revisi kita sudah turun dari Jina sunbae, dan itu banyak sekali. Ya! Nanti malam ayo kita selesaikan!” jawab Eunji
“Aisssh, kenapa hari ini aku sial sekali. Tapi apa boleh buat lah, oke nanti aku ke rumahmu jam 8 malam saja, otte?” kata Hoya sambil mengeluh. Hari ini memang hari yang benar-benar sial baginya.
“Nee, awas ya jangan molor” ancam Eunji, dia sudah hafal kebiasaan Hoya yang agak sering molor sama seperti dirinya.
“Agesso” jawab Hoya singkat sambil menutup telepon.
Eunji memandangi ponselnya. Ya! Dasar Pria bodoh!! Kenapa menutup sambungan telepon duluan? Padahal aku masih ingin mendengar suaramu, batin Eunji. Eunji hanya bisa mendesah pelan, tanpa bisa protes karena memang ia hanya sekedar sahabat bagi Hoya, tidak lebih.
Gadis itu berguling-guling di kasurnya sambil membaca laporan praktikum yang penuh coretan dari Jina, asistennya. Sesekali ia mendengus kesal melihat coretan merah yang menghiasi lembar laporannya. Eunji mengomentari coretan yang dibuat Jina sunbae, kenapa begini saja direvisi, kenapa banyak sekali yang direvisi dan sebagainya. Mulutnya tak henti mengoceh sampai getar ponselnya menghentikan ocehan gadis itu. Eunji meraih ponselnya dan menjawab panggilan dari nomor tak dikenal itu.
“Yoboseyo?” kata Eunji pelan, ia ingin tau siapa yang meneleponnya malam-malam begini
“Ne, Eunji ah?” jawab seseorang di ujung sana
“Ne, dengan siapa ya?” tanya Eunji karena tidak mengenal suara si penelepon
“Ah, ini Lee Joon” jawab penelepon itu yang ternyata adalah sunbae merangkap asisten galaknya
“Lee Joon sunbae? Ada perlu apa menelepon saya?” tanya Eunji langsung, dia agak malas berlama-lama berbicara dengan orang itu.
“Malam ini bisa datang ke kampus? Laporan pengamatan kalian ada yang perlu direvisi” kata Lee Joon, tegas.
“Harus malam ini ya sunbae? Besok pagi tidak bisa?” tawar Eunji, jujur dia malas pergi ke kampus malam begini, lagipula dia sudah ada janji dengan Hoya.
“Ya, terserah kau sih, tapi kalau besok pagi, nilai dipotong 10%” kata Lee Joon yang lagi-lagi mengancam menggunakan nilai. (-.-)
Eunji menghela napas. Dasar sunbae satu ini, kenapa suka sekali memotong nilai, rutuk Eunji dalam hati. Eunji tak punya pilihan, ia pun mengiyakan perintah sunbae itu.
Dengan setengah hati Eunji ganti baju, merapikan rambut dan segera berangkat ke kampus, karena sudah malam ia memilih naik taksi saja. Setelah berpamitan pada Umma dengan sedikit menggerutu ia berangkat ke kampus demi memenuhi perintah sunbae merepotkan itu.
Malam itu, memang penyakit molor Hoya sedang kumat, dan ia juga mengalami amnesia sesaat. Ia lupa ada janji dengan Eunji mengerjakan revisi laporan. Dengan tergesa-gesa di menyurukkan buku yang ia pun tak tau itu buku apa ke dalam tasnya dan segera berangkat ke rumah Eunji. Hoya mengeluarkan ponselnya dan heran, kenapa Eunji belum berkoar-koar di telepon, mengamuk dan protes kenapa Hoya tidak datang-datang juga. Ia curiga Eunji juga lupa. Hoya memencet bel rumah Eunji. Matanya celingukan melihat ke atas, lampu kamar Eunji mati. Dalam hati ia bertanya, apa Eunji keluar, atau malah tidur? Ia sedikit kesal kalau ternyata gagasan kedua yang benar. Tak berapa lama, pintu rumah Eunji terbuka dan muncullah wanita paruh baya yang ternyata adalah ibu Eunji.
“Oh, Hoya ah, ayo sini masuk” kata Ibu Eunji ramah. Ia menyuruh Hoya yang sudah dikenalnya dengan baik masuk ke rumahnya.
“Ne, gamsahamnida ajumma” jawab Hoya sopan.
“Kau mencari Eunji ya? Eunji tadi keluar, katanya ke kampus menemui sunbaenya. Tunggu, siapa ya nama sunbaenya tadi? Lee Chun atau Joon ya?” kata Ibu Eunji.
Hoya sedikit terkejut. Eunji menemui Lee Joon? Malam-malam begini? Untuk apa?
“Ah, jangan cemburu dulu Hoya ah, Eunji menemui sunbae itu untuk urusan praktikum kok, tenang saja” Ibu Eunji menggoda Hoya yang wajahnya sudah terlihat suram.
Hoya memaksakan tersenyum sambil berpamitan pada ibu Eunji. Ia masih bertanya-tanya, malam begini Eunji menemui Lee Joon? Kenapa dan untuk apa? Urusan praktikum? Malam-malam begini?
Tiba-tiba pikiran Hoya mesum, dan ia membayangkan Lee Joon berbuat yang tidak-tidak pada Eunji. Perasaan aneh timbul di hatinya. Ia marah pada Lee Joon, khawatir dan takut, tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya jika sesuatu yang buruk terjadi pada Eunji. Napasnya memburu, jantungnya berdebar, perutnya tiba-tiba mulas, ia benar-benar takut. Tanpa ia sadari, langkahnya menjadi lebih cepat hingga akhirnya ia berlari. Ia ingin segera berada di tempat Eunji saat itu dan mendapati Eunji dalam keadaan baik-baik saja.
Eunji berdiri di depan laboratorium tempat Lee Joon menyuruhnya datang. Suasana di sekitar lab itu sepi dan agak horror. Eunji melirik jam tangannya dan mendesah, ia menghabiskan 1 jam menuju ke kampus karena jalanan macet parah. Dalam hati ia berdoa supaya tidak kena semprot sunbae galak itu. Tangannya terangkat hendak mengetuk pintu laboratorium ketika pintu itu tiba-tiba terbuka. Wajah ganteng Lee Joon sunbae muncul,namun ekspresi kakunya masih tetap sama. Eunji menelan ludah dan mempersiapkan mentalnya menghadapi omelan Lee Joon.
“Masuklah” kata Lee Joon singkat. Eunji semakin merasa tidak enak. Dia menduga sunbaenya sudah marah karena ia terlambat satu setengah jam.
“Ne, eh.. josonghamnida sunbae, saya terlambat 90 menit, tadi macet sekali dan…” Eunji meminta maaf sambil berkali-kali menundukkan kepalanya.
Lee Joon heran melihat sikap Eunji yang begitu sungkan padanya. Ia kemudian tertawa yang membuat Eunji tidak kalah heran, Eunji tidak pernah melihat sunbae galak itu tertawa begitu keras.
“sunbae?” tanya Eunji keheranan melihat Lee Joon tertawa
“ani, kau lucu sekali, tidak usah kaku begitu, lagipula aku memanggilmu bukan untuk urusan praktikum. Mianhae, aku tadi bohong.” Kata Lee Joon begitu tawanya berhenti.
Eunji semakin heran. Sunbae ini memanggilku bukan untuk urusan praktikum lalu untuk apa? Batinnya bertanya-tanya. Ia kemudian menggerutu dalam hati. Kenapa ia mau saja disuruh ke kampus menemui sunbae satu itu dan ternyata sunbae itu hanya ingin membicarakan sesuatu yang tidak penting.
“Lalu untuk apa sunbae memanggil saya ya?” tanya Eunji, nadanya agak terdengar sinis karena suasana hatinya yang mulai buruk.
Lee Joon menatap Eunji lekat-lekat. Eunji balas menatapnya. Tiba-tiba tanpa Eunji duga, Lee Joon memeluknya erat sekali. Eunji tidak bisa berkata-kata saking terkejutnya.
“Dengar baik-baik karena aku hanya akan mengatakannya sekali saja” kata Lee Joon persis seperti di drama-drama romantis.
Eunji hanya bisa diam, tubuhnya kaku.
“Aku menyukaimu Eunji ah” kata Lee Joon pelan. Eunji terhenyak, ia terkejut sekali dengan pengakuan sunbae itu. Ia tidak menduga sama sekali Lee Joon menyukainya.
Lee Joon melepas pelukannya. Ditatapnya Eunji lekat-lekat, ia menunggu jawaban dari gadis itu. Tetapi Eunji hanya diam. Lee Joon kemudian mengambil bungkusan berwarna pink yang ia letakkan di meja di sampingnya.
“Jung Eunji, mau jadi pacarku?” tanya Lee Joon sambil membuka bungkusan pink yang ternyata berisi sepatu kaca.
Eunji mengenali sepatu itu. Tiba-tiba ia teringat dengan gadis berambut hitam bergelombang yang muncul di visinya. Sepatu kaca yang disodorkan kepadanya ini pasti ada hubungannya dengan gadis itu. Eunji hanya menatap sepatu kaca itu. Ia ingin menyentuhnya lagi, tetapi takut jika wajah gadis itu kembali muncul di visinya. Lee Joon menunggu jawaban Eunji. Eunji hanya diam seakan tidak mendengar kata-kata Lee Joon tadi.
“Eunji ah? Kau belum menjawabnya” kata Lee Joon menuntut jawaban dari Eunji lagi. Eunji terkesiap, ia heran dengan dirinya yang malah memikirkan gadis sepatu kaca yang tidak jelas asal usulnya.
“Ah, saya bingung harus menjawab apa, sunbae..” jawab Eunji jujur, dia memang bingung harus menjawab apa, ia menyukai Hoya tapi apakah menolak sunbae itu merupakan tindakan yang benar?
“Kalau kau menerimaku, ambil sepatu ini, kalau tidak, tutup dan buang saja” kata Lee Joon memberikan 2 pilihan yang sulit pada Eunji. Eunji semakin bingung, ia tidak ingin membuang sepatu indah itu tetapi ia tau kalau orang yang disukainya bukanlah Lee Joon.
Tiba-tiba pintu laboratorium terbuka dan muncullah sosok Hoya. Ia terengah-engah, keringat mengalir di dahinya, tubuhnya pun basah oleh keringat. Ia lega sekali mendapati Eunji baik-baik saja.
“Ya!!!! Eunji ah!! Mau apa kau ke kampus malam-malam begini?” teriak Hoya. Matanya menangkap sosok Lee Joon. Ia sedikit curiga Lee Joon tadinya ingin berbuat sesuatu pada Eunji. Hoya lega sekali karena ia tidak terlambat.
“Mian.. ya! Kau juga kenapa ke kampus malam-malam begini?” balas Eunji, senyumnya mengembang melihat Hoya. Kesadaran baru muncul di dalam diri Eunji, Hoya adalah orang yang bisa membuatnya tersenyum seperti itu, ia berbalik menatap Lee Joon. Lee Joon yang sedang berekspresi yang sukar ditebak, menyiratkan kebencian yang amat dalam pada Hoya balas menatap Eunji.
“Maaf sunbae, aku tidak bisa, aku menyukai orang lain. Maaf sekali lagi karena aku juga tidak bisa membuang sepatu itu, mungkin akan lebih baik jika sunbae menyimpannya untuk gadis yang lebih baik dari saya. Maaf.. dan terimakasih” jawab Eunji mantap. Eunji tersenyum dan berbalik meninggalkan Lee Joon. Hoya melihat kejadian itu dengan wajah penuh pertanyaan. Eunji menarik tangan Hoya, mengajaknya segera pulang.
Lee Joon diam tanpa kata mendengar jawaban Eunji, dia sudah ditolak. Hatinya tidak karuan. Sepatu yang dipegangnya jatuh ke lantai menimbulkan bunyi berdenting yang jelas sekali. Ia menatap sepatu kaca itu nanar. Kebencian meluap dalam hatinya. Wajah Hoya berkali-kali melintas di benaknya. Ia membencinya. Kalau bisa ia ingin Hoya lenyap selamanya. Tiba-tiba ia mendengar bisikan entah darimana.
Apa hatimu sakit? Benci? Siapa yang kau benci? Ya, orang itu. Ia memang pantas dibenci. Ia merampas orang yang kau cintai kan? Bencilah dia. Dia pantas lenyap kan? Ya, benar. Lenyapkan dia, selamanya, maka hatimu tak akan sakit lagi. Bagus, besok, segera lenyapkan dia.
Bisikan itu terus terdengar di telinganya. Semakin jelas ketika ia mengambil sepatu kaca itu seakan semua bisikan berasal dari situ. Ia mengiyakan bisikan untuk melenyapkan Hoya. Dirinya sudah memutuskan, besok Hoya akan lenyap dari hadapannya. Ia yang akan melakukannya sendiri.
Esok hari merupakan hari yang sama seperti sebelumnya bagi Eunji dan Hoya. Namun Eunji tidak bisa tidur semalaman karena merasa tidak enak setelah menolak Lee Joon. Mungkin hal itu yang menyebabkan ia mimpi buruk sekali. Dalam mimpinya ia melihat Hoya jatuh dari atap, ia berusaha menggapai tangan Hoya tapi gagal, kemudian ia melihat Hoya tergeletak tak bergerak. Eunji bangun dengan terengah-engah. Ia lega yang ia lihat hanya mimpi. Lebih lega lagi ketika ia melihat Hoya berdiri di depan rumahnya ketika berangkat kuliah.
“Wajahmu jelek sekali hari ini” kata Hoya agak frontal. Eunji mendelik, ia mendesis kea rah Hoya. Dengan serabutan ia merapikan poninya yang berantakan. Hari ini ia merasa buruk, entah kenapa.
“Aku mimpi jelek sekali” kata Eunji sambil menyisir poninya dengan jari.
“Salah sendiri kemarin kau menemui sunbae seram itu” kata Hoya kembali mengungkit masalah kemarin. Ia masih kesal karena Eunji menemui Lee Joon sendirian dan malam-malam pula.
“Ya!! Itu tidak ada hubungannya!” kata Eunji yang malas kejadian kemarin diungkit lagi.
“Arasso arasso, kajja!” Hoya juga malas membicarakan kejadian kemarin.
Mereka berdua duduk dalam diam di bus. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Hoya yang terus berpikir apa hubungan Eunji dan Lee Joon sehingga Eunji mau menemui Lee Joon malam-malam kemarin. Sedangkan Eunji merasa tak enak dan bingung harus berekspresi apa ketika bertemu dengan Lee Joon. Eunji juga berpikir tentang mimpi buruknya. Mimpi itu terlihat sangat nyata. Ia berpikir jangan-jangan itu visi, penglihatan masa depannya. Segera ia tepis pikiran itu, ia tidak ingin melihat Hoya jatuh dan mati seperti di mimpinya.
“Eunji ah, aku ke kelas dulu” kata Hoya begitu sampai di jurusan mereka. Mereka berbeda kelas di kuliah hari ini. Eunji menyusuri koridor menuju kelasnya. Ia melewati laboratorium tempat ia bertemu dengan Lee Joon kemarin. Matanya menangkap sebuah bungkusan pink yang diberikan Lee Joon padanya kemarin teronggok di dekat tempat sampah. Ia mengambil bungkusan itu dan membuka tutupnya. Bungkusan itu memang benar sepatu kaca yang diberikan Lee Joon kemarin. Eunji mengambil bungkusan itu dan berniat mengembalikannya pada Lee Joon. Sepatu itu tidak seharusnya dibuang ke tempat sampah, Lee Joon harus menyimpannya, begitu pikir Eunji.
Entah karena ia sedang beruntung atau apa, Eunji melihat Lee Joon. Ia terlihat akan naik tangga.
“Lee J..” Eunji hendak memanggil Lee Joon namun terhenti karena melihat Hoya yang mengekor di belakang Lee Joon. Mereka naik tangga bersama. Eunji bertanya-tanya mau kemana dua orang itu. Dengan bungkusan pink yang masih dipegangnya ia mengikuti mereka berdua. Ia mengikuti Hoya dan Lee Joon yang terus menaiki tangga menuju ke atas, semakin ke atas hingga akhirnya mencapai atap. Eunji semakin khawatir, ia seperti pernah melihat kejadian seperti itu. Ia teringat kembali pada mimpinya pagi tadi.
Sayup-sayup ia mendengar pembicaraan Lee Joon dan Hoya.
“Sunbae, boleh aku bertanya sesuatu?” Eunji mendengar Hoya berkata
“Ya” jawab Lee Joon singkat dan dingin
“Untuk apa sunbae memanggil Eunji kemarin?” tanya Hoya. Eunji entah kenapa merasakan firasat yang sangat buruk. Ia semakin mendekat kea rah Hoya dan Lee Joon yang sedang berbicara. Keduanya berdiri bersisihan. Hoya berada di sebelah kiri Lee Joon.
“Bukan urusanmu” jawab Lee Joon, nadanya terdengar semakin dingin.
“Entah kenapa aku tidak suka melihatnya” Hoya berkata dengan pelan, Eunji nyaris tak mendengarnya.
“Wae? Kau juga menyukai Eunji?” tanya Lee Joon
“aku tidak tahu” jawab Hoya jujur, ia memang belum tahu apakah ia menyukai Eunji atau tidak.
Lee Joon tersenyum sinis. Tiba-tiba keinginannya untuk melenyapkan Hoya meluap. Ia melihat kesempatan terbentang di hadapannya. Dengan sekali dorong, Hoya akan jatuh dari atap. Hoya akan lenyap dan orang yang paling ia benci akan lenyap pula.
“Bagus, terus jawablah seperti itu.” Kata Lee Joon.
Eunji mendengar pembicaraan mereka berdua. Pikirannya berkecamuk, perasaannya semakin tidak enak. Tiba-tiba penglihatannya dipenuhi sosok Hoya yang terjatuh dari atap, tangannya menggapai kea rah Eunji namun sekejap kemudian Eunji melihat Hoya terkapar di tanah, bersimbah darah.
Eunji tersadar dari penglihatan sesaatnya. Segera ia fokuskan matanya kembali kea rah dua orang yang sedang terlibat pembicaraan serius itu. Darahnya berdesir ketika melihat Lee Joon. Ia mendorong Hoya sekuat tenaga. Eunji menjerit.
“Hoyaa!!!!!!!!” Teriak Eunji, ia segera berlari kea rah Hoya.
Tangannya menggapai tangan Hoya. Kejadian itu persis seperti dalam mimpi dan penglihatannya. Tangan Eunji berhasil menangkap tangan Hoya, namun gaya gravitasi terlalu besar sehingga tubuh Eunji ikut terjatuh bersama dengan Hoya. Sepatu kaca dalam bungkusan pink ikut jatuh bersama mereka berdua
Saat itu, Eunji berpikir ia akan mati. Tapi ia masih bersyukur ia mati bersama orang yang ia cintai. Eunji melihat semua memori sejak ia dilahirkan, kecil, remaja dan sampai sekarang berputar seperti dalam film. Dalam tiap film itu, ada Hoya. Sekejap itu Eunji berpikir dia memang akan mati. Namun tiba-tiba, cahaya putih yang amat menyilaukan melingkupi tubuhnya dan tubuh Hoya. Cahaya itu begitu terang sehingga membuat ia tidak bisa melihat apapun. Begitu cahaya itu lenyap, yang Eunji lihat hanyalah tinggal kegelapan.
~oOo~
Part lanjutannya tahun depan. LOLs hahaha