Chapter 7. The Chaser's Tamer
Flashback
“Eunji yaa!” Chorong memanggil manggil
Eunji yang sejak tadi bermain dengan bubble lightnya.
“Wae yo eonnie?” “Akhirnya mau melatih
bubble lightmu juga?” Eunji menjawab sambil terkekeh
“Aniyo, ya! Aku sama sekali tak
berminat berlatih bubble light itu. Haha, kau tahu kan aku ini tipe penyerang?”
Chorong berkata sambil sesekali merapikan rambut panjang sepunggungnya.
“Eonnie!!!!” suara seorang wanita yang
kemudian mereka kenali sebagai Namjoo mengagetkan mereka.
“Eonnie Eonnie Eonnie, Chorong
eonnie!!!” kata Namjoo sambil mengatur nafasnya, ia habis berlari dari kelas.
“Wae?” Chorong bertanya sambil
menaikkan alisnya
“Itu… ah maksudku, ada murid baru!!!”
kata Namjoo antusias. Chorong dan Eunji saling berpandangan.
“Nugu yo?” tanya Eunji. Ia mengenal
semua gadis yang berpotensi menjadi seorang Tamer, dan semuanya sudah masuk di
akademi tamer tempatnya belajar sekarang.
“Suzy!! Bae Suzy!! Dia.. uhm.. bukan
dari Scientia” kata Namjoo.
“Huh?” dahi Chorong berkerut.
“Aisssh, ppali, ayo kita ke kelas
saja, dan kalian bisa lihat sendiri. Ppali!” kata Namjoo yang sejak tadi gatal
ingin kembali ke kelas tempat murid baru itu sedang memperkenalkan diri.
Mereka bertiga kembali ke kelas dan
mendapati gadis yang mereka bicarakan tadi sedang berdiri di depan kelas,
memperkenalkan dirinya. Eunji dan Chorong hanya tersenyum canggung ketika guru
mereka bertanya dari mana saja mereka berdua.
“Cheoneun, Suzy imnida. Senang bertemu
kalian semua” kata gadis itu sambil membungkuk dalam dalam. Ia kemudian
mengambil tempat duduk di samping Naeun. Naeun tersenyum padanya, Suzy pun
membalas senyuman Naeun dengan canggung, masih belum terbiasa dengan lingkungan
barunya.
Suzy, seperti Tamer yang lain memiliki
paras cantik, mata lebar dan kharismatik serta rambut hitam lurus yang
mempesona. Ia dengan mudah bisa bergaul dengan Tamer yang lain termasuk 7 tamer
yang paling kuat yaitu Chorong, Eunji, Naeun, Bomi, Yookyung, Namjoo, dan
Hayoung. Dengan kemampuan dan bakatnya yang luar biasa, ia berhasil masuk ke
jajaran Tamer terkuat, bahkan ia berhasil mengalahkan beberapa Tamer yang lain
dalam ujian kelulusan yang baru saja diumumkan.
“Aku belum bisa percaya Putri Hara
telah tiada” kata Namjoo saat istirahat. Mereka berdelapan sedang berkumpul di
bawah pohon besar, mengobrol sambil sesekali melatih kekuatan mereka.
“Ne, aku juga. Pangeran Junhyung pasti
juga belum bisa menerimanya” kata Eunji menambahkan
“Aku lebih penasaran, siapa Putri
pengganti Putri Hara” kata Suzy datar. Para Tamer yang lain memandang Suzy dan
mengerutkan dahi.
“Ya! Suzy ah, kau tidak berduka
sedikit pun atas meninggalnya Putri kita?” Chorong memandang Suzy kemudian
menghela napasnya. Ia kadang tak mengerti jalan pikiran salah satu sahabatnya
itu.
“Tapi pemerintahan harus terus
berjalan kan? Dan Putri generasi kedua harus segera dipilih. Kalian tahu, aku
tak sengaja dengar dari songsaengnim, mereka akan memilih kandidat putri dari
kita berdepalan.” Kata Suzy panjang lebar. Sontak ketujuh gadis itu terkejut.
“Mwo?” Mereka serempak bertanya.
“Ya ya! Benarkah itu?” Bomi dengan
antusias bertanya pada Suzy.
“Ne, aku mendengarnya saat tak sengaja
lewat depan ruang songsaengnim.
“Aisshh jinjja, merepotkan saja. Yang
jelas aku tak berminat menjadi putri” kata Chorong sambil mengangkat tangannya.
“Hei, jangan jangan, nilai kelulusan
kita tadi masuk penilaian?” Eunji tiba tiba angkat bicara.
“Mungkin saja” jawab Naeun sambil
mengangkat tangannya ke dagu.
“Haha, untung sekali aku peringkat
terakhir di antara kalian. Ya! Eunji yah kau peringkat pertama kan? Chukhae!
Suzy Naeun juga. Aku mendukung kalian menjadi Putri generasi kedua” kata
Chorong. Dia kelihatan bahagia sekali di peringkat terakhir. Sebenarnya Chorong
memiliki bakat dan kekuatan yang setara dengan Eunji, namun ia malas
menunjukkannya, ia sama sekali tak berminat menjadi seorang putri.
“Eonniee, aku juga ingin menjadi putri
generasi kedua” Bomi merengek pada Chorong.
“Bomi yaa, dilihat dari segi apapun
kau tetap kalah dari Eunji, Suzy dan Naeun, jadi tak usah berharap” kata
CHorong sambil tertawa terbahak-bahak. Chorong memang sedikit sadis dengan
candaannya.
Mereka semua tertawa melihat wajah
Bomi yang suram karena ulah Chorong. Eunji, Suzy dan Naeun, kandidat terkuat
Putri generasi kedua itu diam diam berjanji akan berusaha keras mewujudkan
keinginan mereka. Dan, persaingan antara ketiganya dimulai. Namun seiring
waktu, Naeun dan Suzy lebih memilih mundur dan mendukung Eunji untuk menjadi
Putri generasi kedua, alasan mereka simpel, karena mereka merasa belum siap
untuk menjadi gadis paling berpengaruh di negerinya.
Akhirnya hari itu pun tiba, hari yang
cukup mengejutkan bagi kedelapan Tamer itu. Ya, misi dari kerajaan telah tiba,
dan mereka mau tak mau harus melakukannya. Misi itu akan menjadi pertimbangan
pemilihan mereka menjadi Putri generasi kedua. Naeun dan Suzy memang mendukung
Eunji untuk menjadi Putri generasi kedua, namun bukan berarti mereka menganggap
misi itu enteng. Begitu halnya dengan Tamer yang lain, mereka berjanji akan
menjalankan misi sebaik mungkin.
Sebenarnya, apa sih misi yang
diberikan oleh kerajaan pada mereka? Misi itu cukup membuat mereka terkejut
dengan mulut menganga lebar.
“Park Chorong, Jung Eunji, Yoon Bomi,
Son Naeun, Bae Suzy, Kim Namjoo, Hong Yookyung dan Oh Hayoung, silakan maju ke
depan” kata kepala akademi yang tiba-tiba di tengah pelajaran berlangsung
muncul di kelas mereka.
Satu persatu mereka berdepalan pun
maju ke depan kelas dengan pikiran yang bertanya-tanya, apa maksud kepala
akademi memanggil mereka ke depan.
“Hari ini misi dari kerajaan sudah
tiba, dan kalian berdelapan harus menyelesaikannya, dengan baik tentu saja”
kata kepala akademi sambil memandang mereka satu persatu. Tamer yang lain yang
tak dipanggil namanya sontak langsung berbisik bisik, penasaran dengan misi
yang diberikan kerajaan. Kedelapan Tamer itu hanya saling bertatapan dengan
wajah bingung.
“Kalian diperintahkan untuk mengendalikan
Chaser, masing masing dari kalian harus berhasil mengendalikan seorang Chaser.
Dan, batas waktu untuk misi ini adalah.. satu bulan.” Sontak mulut mereka
menganga lebar.
“Mwo?!” Chorong histeris. “Tapi song
saengnim, saya rasa kami masih belum siap untuk misi seberat itu” Chorong
berkata yang disambut anggukan dari 7 Tamer yang lain.
“Siap atau tidak siap, kalian harus
siap, karena ini misi dari kerajaan” kepala akademi menjawab dengan tegas.
Wajah mereka mendadak lesu. Apa yang harus mereka lakukan? Mengendalikan Chaser
bukan misi main main, nyawa mereka taruhannya.
“Ah ya, sebagai keringanan, akademi
telah mengambil kebijakan. Beberapa dari kalian akan menyelesaikan misi
berpasangan. Son Naeun
dengan Bae Suzy, Hong Yookyung dengan Yoon Bomi, dan Kim Namjoo dengan Oh Hayoung.”
“Ssaem, bagaimana dengan aku dan
Chorong eonnie?” tanya Eunji yang menyadari namanya tak disebutkan
“Kau dan Chorong menyelesaikan misi
sendiri. Aku percaya dengan kekuatan kalian. Besok, bersiaplah berangkat. Oh
ya, ini kalung yang harus kalian jaga baik-baik” kata kepala akademi sambil
menyerahkan kalung kepada masing-masing gadis itu. Mereka berdelapan tampak
takjub menatap kalung itu. Mereka pertama kali melihat kalung yang nantinya
akan mereka serahkan pada Chaser jika mereka berhasil mengendalikannya. Kalung
itu akan berubah menjadi pedang dimensi jika berada di tangan Chaser yang telah
mereka kendalikan. “Baiklah, dan..selamat berjuang” kepala akademi keluar dari
kelas mereka sambil tersenyum lebar, sedangkan delapan orang yang menjadi
korban shock pengumuman mendadak itu langsung lemas. Bomi tak henti hentinya
mengguman ‘ottokhae’ berkali-kali sampai Chorong dan Eunji membentaknya. Naeun
terus memainkan rambutnya, tanda jika ia sedang panik dan tak tahu harus
berbuat apa. Hayoung, Yookyung, Namjoo hanya duduk bersimpuh di lantai dengan
pandangan kosong. Suzy terlihat paling tenang di antara mereka berdelapan, ia
yakin dengan kemampuannya sendiri.
Dan.. hari itu pun tiba. Para tamer
yang mendapatkan misi mengejutkan dari kerajaan itu sejak pagi sudah berkumpul
di akademinya. Masing-masing dari mereka diberi sebuah peta Scientia, hanya
itu. Kepala akademi meletakkan keputusan di tangan mereka, entah mereka mau
kemana dan melakukan apa tak peduli, intinya begitu waktu satu bulan telah
habis kedelapan Tamer itu harus kembali ke akademi, dengan membawa Chasernya
masing-masing, yah jika mereka berhasil.
Chorong, Eunji, Suzy, Naeun, Bomi,
Namjoo, Yookyung dan Hayoung, kedelapan gadis itu berkumpul dan mendoakan
keselamatan masing-masing. Lalu mereka pun berangkat, ke tempat tujuan
masing-masing.
Hari itu, Eunji yang berangkat seorang
diri berkali-kali melihat petanya sambil terus berjalan. Ia berpikir keras,
kemana ia harus mencari Chaser itu.
“Nan, molla!!” teriaknya frustasi
setelah melihat petanya berkali-kali. Akhirnya ia memutuskan menuju Silent
Forest, tempat favoritnya di Scientia. Ia terus berjalan dan akhirnya sampai di
Silent Forest. Eunji sangat terkejut melihat pemandangan di depannya.
Seharusnya ia menjumpai pemandangan hutan dengan pohon lebat dan teduh, namun
yang ia lihat sekarang bukanlah itu. Silent Forest yang ia lihat sekarang
adalah hutan dengan pohon-pohon yang tumbang dimana-mana. Eunji terkejut dan
bertanya-tanya apa yang membuat Silent Forest porak poranda seperti itu. Ia
memicingkan mata, di tengah kegelapan hutan Eunji melihat sesosok menyerupai
manusia, pria yang sedang mengamuk, menghancurkan apa pun yang dilihatnya.
Itukah yang dinamakan Chaser? Eunji bertanya-tanya dalam hati. Gelombang
kemarahan pun menyerangnya. Chaser itu tak bisa dibiarkan merusak tempat
favoritnya.
“Ya!!!!” teriak Eunji menggelegar.
Chaser itu pun menoleh ke arah Eunji. Ia terlihat tidak suka melihat Eunji yang
merusak kesenangannya.
“Apa yang kau lakukan hah?” teriak
Eunji lagi. Eunji diam di tempatnya dengan terus mengawasi Chaser itu. Ia
sedikit merasa takut tetapi ia percaya pada kekuatan melihat masa depannya.
Namun kekuatannya yang luar biasa itu pun punya kelemahan, yaitu tidak bisa
meramalkan apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
Chaser yang merasa terganggu itu pun
semakin mendekat ke arah Eunji. Eunji menatapnya sengit. Chaser itu berhenti di
jarak 2 meter di depannya.
“Nugu?” tanya Chaser itu pada Eunji.
“Jung Eunji” jawabnya singkat. Chaser
itu terkekeh, bahunya tampak naik turun.
“Wae?” tanya Eunji melihat Chaser itu
menertawakannya.
“Dengar ya gadis cilik, aku tak peduli
kau ini wanita atau apa, apa pun yang mengganggu kesenanganku harus
dilenyapkan” kata Chaser itu mengancam.
“Dan aku harus takut begitu?” tanya
Eunji meremehkan. Chaser itu sedikit terkejut dengan ucapan Eunji yang sama
sekali tidak merasa takut.
“Sebutkan namamu” kata Eunji padanya.
“tidak penting, karena sebentar lagi
kau akan mati” kata Chaser itu. Dia menyerang Eunji secara tiba-tiba, namun
Eunji berhasil menghindar, ia bisa mengetahui apa yang akan dilakukan musuh di
depannya.
“huh, ternyata kau lumayan juga” kata
Hoya setelah tahu Eunji berhasil menghindari serangan mendadaknya.
Eunji hanya tersenyum samar. Hoya
menyerangnya lagi, ternyata ia dapat mengendalikan elemen tanah. Dengan sekali
mengangkat tangannya, ia dapat melemparkan bola-bola raksasa yang terbuat dari
tanah ke arah Eunji. Eunji bisa memprediksi pergerakan Hoya itu dan menciptakan
bubble light untuk melindungi dirinya. Kini bubble light menyelubungi tubuh
Eunji dengan sempurna. Hoya yang melihat kekuatan Eunji itu takjub. Ia tak
mengira gadis yang kelihatan lemah itu mempunyai kekuatan yang cukup untuk
menandinginya.
“Ya! Bagaimana kalau kita taruhan?”
Eunji tiba-tiba angkat bicara, bubble light masih menyelubungi tubuhnya.
“Mwo?” Hoya tak mengerti maksud Eunji.
“Sepertinya tidak seru kalau kita Cuma
bertarung seperti ini, benar kan?” tanya Eunji padanya
“Hmm. Benar juga.” Jawab Hoya
mengangguk angguk
“Kalau kau bisa mengalahkanku, kau
boleh membunuh dan mengobrak abrik hutan ini atau bahkan Scientia. Tapi kalau
aku bisa mengalahkanmu, kau harus mengikat kontrak denganku. Bagaimana?” kata
Eunji. Dahi Hoya berkerut mendengarnya.
“Mwo? Kontrak? Maksudmu, mengikat
kontrak dengan menitipkan jiwaku padamu? Kau gila?” kata Hoya sambil menaikkan
alisnya.
“Ani, aku seratus persen tidak gila.
Ah, kau pasti tak yakin menang melawanku kan? Makanya kau takut.” Kata Eunji
meremehkan Hoya.
“YA!! Siapa yang bilang aku takut heh?
Geurae, aku setuju, aku akan menghabisimu secepatnya” kata Hoya singkat lalu
menyerang Eunji dengan kekuatan elemen tanahnya.
Namun, Eunji dengan kekuatannya yang
bisa memprediksi masa depan berhasil menghindari serangan Hoya. Dan Hoya pun
kehabisan energi. Hoya tak sanggup berdiri lagi. Eunji menatapnya dengan
pandangan meremehkan.
“Sepertinya, sudah cukup perlawananmu”
kata Eunji sambil menatap Hoya. Hoya menatapnya sengit, ia tak terima kalah
dari seorang gadis.
“K..kau.. kau bukan wanita” kata Hoya
terengah engah.
“Mwo?” “Apa katamu?” Eunji tersinggung
dengan perkataan Hoya, ia menendang kakinya sampai Hoya terjungkal. Hoya
terkapar dan menatap Eunji tidak percaya. Sepertinya aku memang sudah kalah,
katanya dalam hati.
“Baiklah sekarang, mari kita mulai
pengikatan kontraknya” kata Eunji sambil mendekati Hoya yang terkapar tak
berdaya.
Eunji mendekatkan wajahnya ke wajah
Hoya. Hoya sedikit terkesiap dengan sikap Eunji yang tiba-tiba itu.
“Buka mulutmu sedikit” kata Eunji
memerintah
Hoya membuka mulutnya. Bibir Eunji
semakin mendekat ke bibir Hoya, lalu muncul semacam asap berwarna putih dari
bibir Hoya dan Eunji menghisapnya dalam-dalam. Setelah itu di punggung tangan
Eunji muncul sebuah tato berbentuk bintang. Kontrak mereka sebagai pasangan
Chaser dan Tamer pun dimulai.
“Nah, selesai, mulai sekarang, kau
adalah Chaserku, oh ya, aku belum tahu namamu” kata Eunji pada Hoya yang masih
bingung dengan apa yang baru terjadi.
“Mwo? Secepat itu? Aku kira perlu
lingkaran sihir, ramuan dan semacamnya” kata Hoya.
“Haha, babo ya, kau Chaser tapi tak tahu
cara mengikat kontrak dengan tamer, dasar aneh” kata Eunji mengejek Hoya.
“Ya!!” Hoya membentak Eunji dan
berusaha menggapai Eunji.
“Ya! Jangan macam macam denganku,
kalau aku mati kau juga mati. Ingat itu! Hahaha” Eunji tertawa keras sekali.
Gadis ini, bukan gadis biasa, pikir
Hoya dalam hati.
“Oh ya, aku harus memberimu ini” kata
Eunji sambil melepas kalungnya dan memberikannya pada Hoya. Hoya menerimanya,
dan tiba-tiba kalung itu berubah bentuk menjadi sebuah pedang.
“Apa ini?” tanya Hoya yang sedang
memegang pedang itu.
“Pedang dimensi” jawab Eunji. “Yah,
semacam hadiah karena sudah mengikat kontrak denganku” lanjutnya sambil
tersenyum
“Eh, ya! Aku belum tahu namamu!” kata
Eunji lagi menuntut jawaban dari Hoya yang dari tadi tak menjawab pertanyaannya
itu.
“Hoya, dan kau?” tanya Hoya pada Eunji
“Jung Eunji” jawab Eunji tersenyum
memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi.
Entah kenapa saat itu Hoya merasa
hangat. Melihat senyum gadis di depannya membuatnya merasa nyaman, seakan tak
ada yang perlu dikhawatirkannya lagi. Entah takdir apa yang akan menyambut
mereka di masa depan, Hoya berharap bukan takdir yang kejam atau apapun semacam
itu.
“Kajja, kau bisa berdiri tidak? Apa
aku perlu menggendongmu?” kata Eunji sambil tersenyum mengejek lagi.
“Babo!” kata Hoya sambil berusaha
berdiri, namun sedikit terhuyung. Eunji memapahnya dan membantunya berjalan.
Mereka pun menuju akademi tamer, dan misi Eunji pun selesai.
Eunji paling cepat menyelesaikan
misinya dibanding yang lain. Di tempat yang berbeda, Naeun dan Suzy masih terus
berjalan menyusuri daerah-daerah di Scientia yang belum pernah mereka jamah
sebelumnya. Tanpa mereka sadari, mereka sudah menghabiskan 2 minggu hanya untuk
mencari seorang Chaser, dan dalam waktu 2 minggu itu mereka belum menemukan satu
orang pun. Naeun sangat menikmati perjalanannya mencari Chaser itu karena ia
bisa melihat sisi lain dari Scientia yang belum pernah dilihatnya. Sedangkan
Suzy, ia nampak tak sabaran karena ingin segera menyelesaikan misi dan kembali
pulang ke akademi Tamer. Berkali-kali ia menggerutu karena tak kunjung
menemukan seorang Chaser, Naeun hanya menghibur sambil tertawa-tawa melihat
pemandangan di depannya.
“Suzy ah, lihat!! Itu, bukankah itu
flower valley yang banyak dibicarakan itu?” tanya Naeun antusias begitu melihat
lembah penuh bunga yang terhampar di depannya. Yang dilihat Naeun memang flower
valley, lembah penuh bunga, bunga lily, bunga mawar, bunga apa saja tumbuh
dengan indahnya di tempat itu. Naeun dengan riangnya berlari menuju lembah
penuh bunga itu, ia sangat menyukai bunga, terutama bunga lily putih.
“Suzy ah, kajja!” katanya sambil
berlari. Suzy hanya menatapnya malas.
“Aissh jinjja, Naeun ah, cepatlah
kembali aku tunggu disini” teriak Suzy pada Naeun yang tengah menari-nari
diantara bunga lily putih. Suzy merebahkan dirinya di atas rerumputan, ia ingin
memejamkan matanya sejenak.
Naeun begitu bahagia berada di tempat
itu. Tempat dimana ia dikelilingi bunga lily putih yang berayun lembut kesana
kemari. Ia membelai kelopak bunga itu dan tersenyum senang.
“Mulai sekarang, lembah ini aku beri
nama lily valley” Naeun menggumam. Namun kesenangannya tak berlangsung lama.
Naeun tiba-tiba merasakan suatu aura dingin yang semakin mendekat ke arahnya.
Ia tak berfirasat baik tentang itu. Naeun menengok ke belakang dan melihat Suzy
sedang tertidur di atas rerumputan. Ia sadar harus memberitahu Suzy tentang
perasaan aneh barusan.
“Suzy ah, bangun! Aku merasakan
sesuatu yang aneh disini” teriak Naeun dengan suara yang bergetar. Ia takut
dengan sesuatu yang buruk yang mungkin terjadi.
Suzy yang bangun karena teriakan Naeun
hanya mengusap matanya, bingung dengan apa yang terjadi. Ia mendapati Naeun
masih berada di lembah bunga lily. Namun ada yang aneh, di depan Naeun,
hamparan bunga lily yang mestinya berwarna putih perlahan menghitam.
“Naeun ah, lihat depanmu!” teriak Suzy
begitu melihat sesuatu yang aneh.
Naeun menengok dan ia terkejut
mendapati hamparan bunga lily yang tadinya berwarna putih sekarang menghitam.
Lebih tepatnya, bunga-bunga itu diselimuti kristal hitam. Dan, sosok itu
akhirnya muncul. Seorang pria dengan tinggi yang jauh lebih dari Naeun,
tubuhnya dibalut pakaian berwarna hitam, wajahnya sempurna dengan hidung
mancung, kulit bak porselen serta mata yang amat tajam. Pria itu semakin
mendekat ke arah Naeun. Naeun semakin merasakan aura dingin, ia memeluk
tubuhnya. Tak mampu bergerak, ia hanya menatap ke arah Suzy, sorot matanya
mengatakan ia butuh pertolongan. Suzy melihatnya dan ia segera bergerak ke arah
Naeun. Suara pria itu membuat Naeun mengalihkan pandangan dari Suzy ke arahnya.
“Siapa kau?” tanya pria itu padanya.
Naeun menelan ludahnya dengan susah payah dan berusaha mengumpulkan suaranya.
“Son Naeun” jawab Naeun singkat. Pria
itu hanya tersenyum miring, memamerkan smirk khasnya.
“Dan aku L” katanya singkat, Naeun
hampir tak mendengar apa yang dikatakan pria itu karena begitu ia selesai
berkata, ia langsung menyerang Naeun dengan kekuatan hujan kristalnya. Naeun
terkejut, namun ia refleks dan berhasil membentuk bubble lightnya yang terkuat.
Kristal-kristal hitam L pun hancur begitu mengenai bubble light Naeun. Dengan
secepat kilat, L kini berada tepat di depan Naeun. Naeun masih diselubungi
bubble lightnya. Tatapan mata tajam L menghujani Naeun dengan pertanyaan ‘siapa
kau sebenarnya?’. L merasa begitu tertarik pada gadis yang sedang ditatapnya
itu, entah kenapa. Ia merasakan kerinduan yang tak terjelaskan. Perasaan aneh
itu… seakan ada ribuan kupu-kupu dalam perutnya. Benar-benar aneh, batin L. Perhatiannya
teralihkan ketika ia merasakan kehadiran orang lain di tempat itu.
“Cih, mengganggu saja” L menggumam
sambil menatap tajam ke arah Suzy. Ia lalu tertawa ringan.
“Baiklah, sekalian saja aku habisi
kalian berdua” kata L sambil bersiap melancarkan serangan hujan kristalnya.
“Suzy ah, awas!” teriak Naeun begitu
melihat hujan kristal L yang akan mengenai Suzy.
Suzy terkesiap, ia benar-benar tak
siap dengan serangan mendadak L, Suzy berusaha menggunakan bubble lightnya,
tapi ia terlambat.
“tidaaaaakk!” teriaknya sambil menutup
mata rapat-rapat.
Namun ternyata tak terjadi apapun pada
Suzy. Begitu ia membuka mata, bubble light Naeun menyelubunginya dengan
sempurna.
“Suzy ah…kita..kita harus mundur..”
kata Naeun sambil terengah engah. Perlu energi yang besar untuk menciptakan
bubble light secepat dan sekuat itu.
“Tidak, aku pasti bisa mengendalikan
Chaser itu” kata Suzy mantap, ia yakin pasti bisa mengendalikan L.
Suzy semakin mendekati L, L
menyadarinya dan menyerangnya dengan Black Krystal Rain nya. Suzy berkali-kali
menghindar. Naeun hanya bisa melihat Suzy dan sesekali menciptakan bubble
lightnya untuk melindungi Suzy. Suzy menyerang L dengan kekuatan hipnotisnya,
namun tak mempan. Kekuatan Suzy tak sebanding dengan L.
“Kau tau, dalam perang, orang yang
paling penting adalah orang dengan kekuatan pertahanan” kata L saat bertarung
dengan Suzy. Suzy hanya bisa mengerutkan dahi, tak mengerti maksudnya.
“Apa maksudmu?” tanya Suzy
“Maksudku adalah ini” kata L. sekejap
kemudian ia menghujani Naeun dengan Black Krystal Rain nya. Mata Suzy
terbelalak melihat serangan mendadak L pada Naeun.
“Naeun ah!!!” teriak Suzy begitu
melihat Naeun terluka akibat serangan hujan kristal itu. Bubble light yang dari
tadi melindungi Suzy pun menghilang.
L tertawa melihatnya. Sekarang Suzy
sangat mudah untuk dikalahkan, begitu pikirnya.
“Kau lihat, begitu orang dengan
kekuatan pertahanan tumbang, musuh akan mudah dikalahkan” kata L. serta merta
ia menyerang Suzy yang masih shock dengan Black Krystal Rain nya lagi. Suzy pun
terkapar tak berdaya.
Naeun dan Suzy, keduanya terluka.
Mereka tinggal menunggu L menghabisi nyawa mereka.
“Sekarang, sudah waktunya kalian mati”
kata L dengan dingin. Ia mengeluarkan kristal hitamnya yang amat tajam, bersiap
menusukkannya tepat di jantung Suzy. Suzy terlihat amat takut, matanya
berkaca-kaca. Namun L tak menggubrisnya. Begitu ia akan menusukkan kristal tajamnya,
L merasa ada sesuatu yang bergelayut di kakinya.
“Hen..ti..kan, aku..mo..hon. Jangan
bunuh dia..” Naeun memohon sambil menarik kaki L, namun ia tak berdaya karena
terluka parah.
L menatap Naeun, apa yang dikatakan
gadis ini? Kenapa dia malah memohon untuk hidup orang lain? Kenapa?
Perasaan aneh itu datang lagi. Gadis
ini… siapa dia?
L masih diam mematung memandang Naeun.
Suzy melihat mereka berdua, bingung dengan apa yang terjadi. Diam-diam Suzy
mengobati luka-lukanya dengan kekuatan penyembuhnya.
“Aku mohon.. bunuh aku saja..biarkan
Suzy pergi..aku..mohon” kata Naeun memohon lagi dengan suaranya yang makin
melemah.
Pandangan mata L tak lepas dari Naeun.
Kenapa? Kenapa ia tak mampu mengalihkan pandangannya dari sosok gadis itu?
L menunduk, ia menatap Naeun
lekat-lekat. Tangan L terangkat menyentuh pipi Naeun dan wajahnya yang penuh
luka. Mendadak ia merasa berdosa, ia pun tak mengerti kenapa merasa seperti
itu. Tangan L tak beranjak dari pipi Naeun, Naeun balik menatap L. Ia terkejut
mendapati sepasang bola mata hitam tajam yang menatapnya dengan sangat intens.
Seakan oksigen di planet itu menipis, Naeun berusaha membuat dirinya terus
bernapas.
“Kau, gadis yang aneh” kata L singkat
sambil memamerkan smirknya yang bisa membuat siapapun meleleh karenanya.
Naeun semakin merasa oksigen di
sekitarnya berkurang kadarnya. Bernapaslah Naeun, bernapaslah,katanya
menginstruksikan paru-parunya untuk terus melaksanakan fungsinya.
L mendekatkan wajahnya ke wajah Naeun,
ia menatap bibir cherry Naeun yang begitu menggoda. Ia tak pernah merasa
seperti itu sebelumnya, ia begitu ingin mencium bibir itu walaupun ia tahu,
mencium bibir seorang Tamer berarti menyerahkan jiwanya untuk dikendalikan.
Namun ia tak peduli, akalnya sudah konslet dan ia pun mencium Naeun dengan lembut,
Naeun menutup matanya rapat-rapat. Ia tak menolak, bahkan mungkin malah
menikmatinya. Lagi-lagi, Naeun harus bersusah payah menyuruh paru-parunya tetap
melakukan fungsinya. Sekejap, L sudah menjadi Chaser milik Naeun. Begitu mereka
selesai, Naeun pingsan. L menatap Naeun dengan iba, tiba-tiba ia merasakan
suatu gelombang penyesalah yang luar biasa. Menyesal karena melukai gadis yang
tak sadarkan diri itu.
“Kenapa?” Suzy tiba-tiba memecah
kesunyian antara ia dan L. Suzy melihat apa yang terjadi antara L dan Naeun dan
tak mengerti.
“heh?” L bertanya balik.
“Kenapa kau mau menjadi Chasernya? Aku
lebih kuat. Kenapa kau memilih Naeun?” tanya Suzy yang iri melihat Naeun
memperoleh Chaser dengan amat mudahnya padahal ia yang bertarung mati-matian.
“Aku tak tahu” jawab L jujur. Ia juga
bingung kenapa ia dengan amat mudahnya bersedia menjadi Chaser Naeun.
“Wae?” Wae?” tanya Suzy terus menerus.
Suzy kemudian bangun dan mendekati L. Ia menyerangnya dengan kekuatan
hipnotisnya. L berhasil menghindar. Suzy gelap mata, ia juga menyerang Naeun
yang berbaring di dekat L, L berhasil melindungi Naeun dari serangan itu. Ia
mendelik marah ke arah Suzy
“Neo!!” Bentak L “kalau kau sampai
mencelakai Naeun, aku tak segan membunuhmu” katanya dengan dingin.
“Cihh, Chaser tak berguna! Aku akan
menemukan Chaser yang ribuan kali lebih kuat darimu! Huh, silakan kau bermain
dengan Naeun yang lemah itu sepuasmu” kata Suzy sambil beranjak pergi dari
tempat itu. L menatap kepergiannya sampai ia benar-benar menghilang dari tempat
itu.
L menghela napasnya. Kenapa ia
melakukan ini semua? L kemudian duduk di samping Naeun yang sedang tidur. Ia
menatap wajah cantik Naeun lekat-lekat. Matanya tak lepas dari wajah Naeun yang
innocent itu. Tanpa ia sadari, ia pun tersenyum. L terkejut dengan apa yang
terjadi pada dirinya hari itu. Seakan dirinya bukan dirinya yang biasa.
L merebahkan dirinya di samping Naeun,
lagi lagi matanya tak lepas dari wajah gadis itu.
“Ya! Kau sebaiknya cepat bangun.. atau
aku akan semakin tergoda mencium bibirmu lagi..” gumam L. Ia sepertinya memang
sudah tidak waras.
Naeun perlahan bangun, ia terkejut
begitu mendapati L berbaring di sampingnya.
“Dimana aku? Dimana Suzy? Apa yang terjadi? Dan kau!!! Apa yang kau
lakukan pada Suzy?” Naeun yang tiba-tiba bangun menyerbu L dengan pertanyaan.
Ia bingung dengan apa yang terjadi, kenapa L berada di sampingya? Apa ia telah
membunuh Suzy? Lalu kenapa ia tak membunuhnya? Apa yang terjadi? Berbagai
pertanyaan terus berkecamuk di benak Naeun.
“Aku L, Chasermu” kata L dengan amat
singkat seakan Naeun memintanya memperkenalkan dirinya.
“Chaser..? Mwo? Chaserku? Apa
maksudmu?” tanya Naeun. Ia kemudian menatap punggung tangan kirinya dan
terkejut melihatnya. Sebuah tato berbentuk bintang ada disana.
“Maksudmu..kita sudah mengikat kontrak
begitu?” Naeun menatap L meminta penjelasan.
“Ya, aku sekarang milikmu” jawab L
singkat. Ia kemudian tersenyum. Seakan oksigen tiba-tiba lenyap dari
paru-parunya, Naeun merasa sesak. Son Naeun, kendalikan dirimu, berkali-kali ia
menggumamkan kalimat itu dalam hati.
“Ah..maksudku..bagaimana bisa? Dan
kenapa kau memilihku? Lalu Suzy? Apa yang terjadi padanya? Apa ia baik-baik
saja?” Naeun bertanya lagi. Ia menatap L lekat-lekat. Ia baru menyadari, Chaser
itu memiliki wajah yang sangat tampan.
“Aku tak tahu, aku hanya.. eeh.merasa
suatu ketertarikan padamu..itu saja”kata L jujur.
Mendadak wajah Naeun memerah.
“ah.. oh.. lalu Suzy?” Naeun kembali
bertanya sambil menyembunyikan wajahnya.
“Dia pergi, mencari Chaser yang lain
kurasa” jawab L.
“Ah..” Naeun menggumam lirih.
Apakah Suzy kecewa? Apa ia marah dan
kesal padaku? Naeun bertanya pada dirinya sendiri. Ia merasa bersalah pada
Suzy.
“Naeun..” L memanggil Naeun,
menyadarkannya dari lamunan.
“Ya?.. eh… L?” kata Naeun, ia begitu
aneh mengucapkan nama yang hanya terdiri dari satu huruf itu.
“Hmm, sepertinya kau perlu berganti
nama” kata Naeun
“Wae? Namaku sudah bagus” kata L
membalas perkataannya
“Aniyaa, bagaimana kalau Kim Myungsoo?
Lebih bagus dan panjang” kata Naeun sambil tersenyum
L merasa otaknya tiba-tiba macet
begitu melihat senyum itu. L menggelengkan kepalanya.
“shireo, L lebih bagus” katanya yang
tak setuju dengan nama itu.
“Ya!! Kim Myungsoo lebih bagus dan
panjang dari pada L yang hanya satu huruf itu. Lebih baik kau terima saja atau
aku tak akan memberikan pedang dimensi padamu” kata Naeun mengancam L sambil
menggembungkan kedua pipinya.
L menatapnya dan tersenyum geli, Naeun
amat lucu jika sedang kesal ternyata. Ia pun menyerah tak mau membuat Naeun
semakin kesal.
“Arasso arasso. Oke, jadi sekarang
namaku Kim Myungsoo. Dan mana pedang dimensiku, nona Naeun?” kata L yang
sekarang berganti nama menjadi Myungsoo.
Naeun tersenyum, kemudian ia melepas
kalungnya dan memberikannya pada Myungsoo. Sekejap kalung itu berubah menjadi
pedang di tangan Myungsoo. Myungsoo tampak takjub dengan pedang itu.
“Gunakan baik-baik..” kata Naeun
memperingatkan Chasernya.
“Baik nona Naeun” jawab L
“Ya! Jangan memanggilku begitu” kata
Naeun yang merasa aneh dipanggil ‘nona’
“Hmm? Lalu aku harus memanggilmu apa?”
tanya Myungsoo sambil menatap Tamernya
“Ah..hmm… Naeun..ie?” kata Naeun
malu-malu
“Naeunnie? Begitukah kau ingin aku
memanggilmu?” Myungsoo bertanya. Mendadak wajah Naeun merah lagi.
“Aniyooo, jangan memanggilku dengan
intonasi begituu” kata Naeun yang malu karena Myungsoo memanggil namanya dengan
intonasi yang aneh.L hanya tertawa melihat wajah Naeun yang memerah.
Begitulah Naeun menyelesaikan misinya
dan kembali ke akademi Tamer bersama Chasernya tentu saja.
End
of Flashback
~oOo~
Sepertinya writing skill saya sangat menurun, hahahaha, forgive me for that. Setelah ini FF yang lain bakal update juga. Thanks for reading guys. :D