Ternyata bisa juga menepati janji ke diri sendiri. Dan selesailah part 5 ini setelah meditasi dan merenung berjam-jam (??). Enjoy (bagi yang mau baca aja sih).
~oOo~
Title : Curse of The Glass Shoes
Author : Shin Chaerin/ Karin Asuka
Genre : Fantasy, Romance, Life
Rating : PG15
Main Casts :
INFINITE Hoya as Lee Howon/ Hoya
A PINK Eunji as Jung Eunji
Other Casts :
INFINITE L as L/Kim Myungsoo
A PINK Naeun as Son Naeun
MISS A Suzy as Bae Suzy
A PINK Bomi as Yoon Bomi
A PINK Chorong as Park Chorong
A PINK Yookyung as Hong Yookyung
A PINK Namjoo as Kim Namjoo
A PINK Hayoung as Oh Hayoung
Kim Soohyun as Kim Soohyun
SECRET Hyosung as Jeon Hyosung
BEAST Kikwang as Lee Kikwang
GIRLS DAY Hyeri as Lee Hyeri
INFINITE Woohyun as Nam Woohyun
INFINITE Sungyeol as Lee Sungyeol
A PINK Naeun as Son Naeun
MISS A Suzy as Bae Suzy
A PINK Bomi as Yoon Bomi
A PINK Chorong as Park Chorong
A PINK Yookyung as Hong Yookyung
A PINK Namjoo as Kim Namjoo
A PINK Hayoung as Oh Hayoung
Kim Soohyun as Kim Soohyun
SECRET Hyosung as Jeon Hyosung
BEAST Kikwang as Lee Kikwang
GIRLS DAY Hyeri as Lee Hyeri
INFINITE Woohyun as Nam Woohyun
INFINITE Sungyeol as Lee Sungyeol
Type : Chaptered
Disclaimer: Semua cast bukan milik saya walaupun pengen banget ngoleksi mereka yang ganteng-ganteng. *eh. Enjoy my craziest fantasy ever.
Chapter 5. Third Generation Princess
Flashback
Seorang gadis bergaun putih pucat sedang menyirami bunga lily putih di kebun bunganya. Wajahnya berseri menatap bunga-bunga yang mekar dengan cantik itu. Sesekali ia tersenyum puas melihat bunga yang ia tanam tumbuh dengan baik.
“Naeunnie!” suara seorang pria mengagetkannya. Gadis bergaun putih pucat yang dipanggil Naeun tadi menoleh dan senyumnya merekah melihat siapa yang memanggilnya.
“Myungsoo oppa!!” Naeun balas memanggil pria itu. Myungsoo tersenyum melihat Naeun yang tampak senang melihatnya.
“Wae yo? Sepertinya senang sekali melihatku” Goda Myungsoo
“Aniyaa” Naeun berkata, pipinya bersemu merah.Myungsoo begitu mudah menebak isi hatinya.
“Jangan bohong” kata Myungsoo semakin menjadi
“Aniyo.” Naeun terus mengelak. “Oh ya, Oppa darimana saja?” tanya Naeun berusaha mengalihkan perhatian Myungsoo
“Mencari sesuatu, dan aku sudah menemukannya.” Kata Myungsoo sambil tersenyum penuh arti.
“Mencari apa?” tanya Naeun, ia ingin tau benda apa yang bisa membuat Myungsoo mencari-cari sampai menghilang berhari-hari.
“Rahasia” Myungsoo berkata sambil tersenyum. Senyum itu begitu memesona sampai Naeun sempat melongo beberapa detik, untungya ia bisa menguasai dirinya lagi. (LOL)
“Aissh, yasudah aku tidak bertanya lagi” Naeun mengerucutkan bibirnya, kesal karena Myungsoo tak memberitahunya.
“Haha kau lucu sekali Naeunnie” Myungsoo berkata sambil mengacak rambut Naeun, ia gemas dengan gadis itu.
“Jangan mengalihkan pertanyaanku.” Naeun masih cemberut. “setelah berhari-hari menghilang tanpa kabar, lalu sekarang Oppa tak mau memberitahuku alasannya, aku benar-benar kesal” Naeun menggerutu.
“Mianhae Naeunnie, maaf karena aku pergi begitu saja, untuk alasannya nanti kau juga akan tau.” Myungsoo tersenyum penuh arti lagi. Naeun tetap cemberut. Ia beranjak dari kebun bunga itu. Myungsoo yang melihat Naeun hendak pergi segera menahan lengan gadis itu. Sontak Naeun berhadapan dengan Myungsoo. Myungsoo tersenyum, kini wajahnya hanya beberapa senti jaraknya dari wajah Naeun. Naeun terkesiap, kaget dengan sikap Myungsoo yang tiba-tiba.
“Naeunnie, kau tidak rindu padaku?” tanya Myungsoo. Ia menatap wajah Naeun lekat-lekat. Naeun yang ditatap seperti itu berusaha menghindari tatapan mata Myungsoo. Wajahnya merah padam.
“tidak” jawab Naeun. Ia masih marah pada Myungsoo yang menghilang berhari-hari tanpa kabar.
“Benarkah?” tanya Myungsoo menggoda Naeun lagi. “Padahal aku sangat merindukanmu, Naeunnie” kata Myungsoo lagi. Ia membelai rambut panjang Naeun. Naeun terdiam.
“Mianhae, besok saat upacara pengangkatanmu menjadi putri generasi ketiga, kau pasti tau alasanku menghilang berhari-hari itu.” Kata Myungsoo sambil tersenyum. Naeun menatap Myungsoo, wajahnya seolah berkata ‘janji ya?’. Myungsoo mengangguk. Ia kemudian menarik Naeun dalam pelukannya. Naeun balas memeluk Myungsoo, ia sebenarnya sangat merindukan pria yang dicintainya itu.
“Bogosippo, oppa” kata Naeun pelan, namun cukup keras bagi Myungsoo untuk mendengarnya.
“Ne? apa kau bilang Naeunnie?” tanya Myungsoo menggoda Naeun lagi.
“Aish, aku tak mau mengulanginya lagi. Dengarkan baik baik, aku merindukanmu Kim Myungsoo!” kata Naeun berteriak keras di telinga Myungsoo. Myungsoo tertawa.
“Saranghae Son Naeun” bisik Myungsoo di telinga Naeun. Bibir tipisnya menyentuh telinga Naeun. Sontak jantung Naeun berdebar dua kali lebih cepat. Myungsoo selalu berhasil membuat hati dan jantungnya tak karuan.
Saat itu, Naeun dan Myungsoo tak tahu bahwa ada seseorang yang memperhatikan mereka lama sekali. Orang itu tampak benci luar biasa menatap pasangan kekasih itu. Dia adalah Bae Suzy. Tamer yang seangkatan dengan Naeun di akademi dan sangat berambisi menjadi putri generasi ketiga. Ia mencintai Kim Myungsoo. Karenanya ia membenci Naeun, gadis yang dicintai Myungsoo sekaligus gadis yang membuatnya kehilangan mimpinya menjadi putri generasi ketiga. Besok adalah upacara penobatan Naeun menjadi putri generasi ketiga. Suzy telah memutuskan untuk tidak datang. Ia sadar kalau ia datang hanya membuat dirinya semakin menderita. Menderita karena iri melihat Naeun. Suzy segera beranjak dari tempat dimana ia berdiri. Hatinya sakit melihat pria yang dicintainya bersama gadis lain. Ketika ia pergi dari tempat itu, tak sengaja kakinya menyandung sesuatu. Benda itu ternyata sebuah kotak hadiah. Suzy berpikir benda itu adalah milik Myungsoo, hadiah yang akan ia berikan pada Naeun besok saat penobatannya menjadi putri generasi ketiga. Suzy memungut kotak itu dan membuka isinya. Ia terhenyak dengan isi kotak itu. Sepatu kaca yang cantik. Sepatu yang pernah dibicarakan para Tamer. Ia sangat menginginkan sepatu itu. Namun sekarang, lagi-lagi Naeun yang mendapatkannya. Naeun selalu mendapatkan semua yang ia impikan. Hati Suzy nyeri lagi. Ia tidak bisa terima Naeun mendapatkan semua yang ia inginkan. Perlahan kebencian yang amat besar merasuk ke hatinya. Kebencian membuatnya memikirkan rencana paling gila yang pernah terpikirkan di otaknya. Tiba-tiba Suzy mendengar seseorang berbisik.
‘Ia selalu mendapatkan semua yang impikan bukan? Apa hatimu sakit? Apa kau benci padanya? Ia selalu mendapat yang kau impikan, bagaimana denganmu? Kau tak mendapatkan apa apa? Bagaimana jika ia lenyap? Kau pasti lebih bahagia, karena dia akan kehilangan semuanya, sama sepertimu yang tak mendapatkan apa-apa. Jadi…. Lenyapkanlah dia. Lenyapkan Son Naeun. Sebelum ia mendapatkan semua yang kau impikan. Bunuh Son Naeun’
Bsikan itu semakin jelas di telinganya. Bisikan itu berasal dari sepatu kaca yang ia pegang. Perlahan namun pasti, Suzy mulai terpengaruh. Ia mengiyakan bisikan itu, bisikan untuk membunuh Naeun. Ia telah memutuskan akan melenyapkan Naeun besok, sebelum upacara penobatannya menjadi putri generasi ketiga. Sebelum Naeun mendapatkan semua yang Suzy impikan.
Keesokan harinya, sama seperti hari sebelumnya. Matahari masih bersinar dengan cerah di Scientia. Dahan-dahan pohon berayun lembut diterpa angin. Scientia masih damai seperti sebelumnya. Hari itu, adalah hari penobatan Naeun menjadi putri generasi ketiga. Hiasan bunga lily sudah memenuhi sudut-sudut ruang. Semua penghuni istana utama sibuk mempersiapkan segalanya. Raja dan Ratu tampak gembira menyambut putri generasi ketiga. Mereka amat berharap pada Naeun, setelah meninggalnya Putri generasi kedua Eunji dengan tragis. Mereka berharap Naeun dapat menjadi putri yang dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Di istana putri, Naeun tampak sedang mematut dirinya di depan cermin besar. Ia mengenakan gaun putih pucat kesukaannya. Sehari sebelumnya Myungsoo sudah menyuruhnya memakai gaun lain yang lebih cerah, namun ia menolak. Naeun menganggap dirinya hanya cocok memakai gaun putih pucat itu.
“Boleh aku masuk?” Suara seorang pria terdengar dari balik pintu kamar Naeun. Naeun tersenyum mendengar suara itu.
“Ne” jawabnya sambil berjalan ke arah pintu.
“Hmmm, haruskah aku bilang kau cantik hari ini?” tanya Myungsoo
Naeun agak cemberut, ia menggembungkan kedua pipinya. Myungsoo yang melihatnya terkekeh pelan.
“Terimakasih” kata Naeun sambil tetap cemberut.
“Ya! Son Naeun, baiklah kau memang cantik hari ini. Jangan cemberut lagi. Ingat hari ini hari penobatanmu menjadi putri generasi ketiga” kata Myungsoo panjang lebar. Ia sebenarnya suka melihat Naeun cemberut seperti itu, menggemaskan sekali.
Wajah Naeun tiba-tiba berubah serius. Ya, mulai hari ini ia menjadi putri generasi ketiga. Tugasnya berat dan tidak main-main, ia tidak boleh bersikap kekanakan lagi. Ia ingat Eunji, putri generasi kedua yang telah meninggal.
“Oppa, sudah dengar tentang Eunji kan? Apakah aku juga akan dijodohkan?” tanya Naeun pada Myungsoo. Myungsoo sedikit terkejut dengan pertanyaannya yang tiba-tiba itu.
“Ne, aku akan bicara pada Raja dan Ratu nanti. Yang jelas aku tak akan membiarkanmu menikah dengan orang lain” jawab Myungsoo tersenyum.
Naeun lega mendengarnya. Ia berharap raja dan ratu mengubah kebijakan tentang putri yang harus menikah dengan pangeran dari negeri lain. Kalaupun raja dan ratu tak bisa mengubah kebijakan itu, ia rela mematuhi kebijakan raja dan ratu walaupun itu menyakitkan baginya. Namun yang ia pikirkan adalah perasaan Myungsoo, ia takut Myungsoo terluka akan keputusannya. Dan yang paling buruk lagi adalah ketika Myungsoo tak dapat mengendalikan emosinya, kekuatannya yang luar biasa akan membawa kehancuran bagi Scientia.
“Putri Naeun, sudah saatnya berangkat menuju istana utama” suara seorang pelayan menghentikan obrolah mereka.
“Ne” jawab Naeun seraya melangkah keluar dari kamarnya yang diikui oleh Myungsoo di belakangnya.
Ketika Naeun dan Myungsoo tiba di istana utama, mereka dihujani ucapan selamat oleh sesama Tamer, teman-teman seangkatan Naeun di akademi. Naeun gembira sekali melihat teman-temannya datang. Ia akan sangat merindukan mereka. Menjadi seorang putri berarti waktunya bersama teman-temannya akan jauh berkurang, karena itulah ia menganggap saat itu sangat berharga.
“Naeunnie, selamat!!!!” Chorong, Yookyung, Namjoo, Hayoung dan Bomi serempak memberi selamat kepadanya.
“Ne, gomawo, oh ya, Eun… ah maksudku Suzy mana?” Naeun tidak sengaja hampir menyebut nama Eunji. Chorong, Yookyung, Namjoo, Hayoung dan Bomi tampak muram, mereka ingat Eunji yang juga seangkatan dengan mereka telah tiada. Seandainya Eunji masih hidup, Eunji pasti yang paling heboh.
“Aku tidak melihat Suzy dari kemarin” jawab Chorong seraya menepuk bahu Bomi yang berada sebelahnya agar tak berwajah muram lagi.
“Oh” Naeun berkata singkat. Sebenarnya ia amat berharap Suzy datang, karena walau bagaimanapun mereka pernah berjuang bersama di akademi. Mereka mempunyai mimpi yang sama. Naeun merasa khawatir Suzy membencinya karena dialah yang menjadi Putri generasi ketiga, bukan Suzy.
“Kajja, Raja dan Ratu sudah menunggu” Myungsoo menyentuh tangan Naeun, mengajaknya masuk ke dalam istana. Naeun mengangguk, tak lupa ia melambaikan tangan pada teman-teman seangkatannya.
Kini Naeun dan Myungsoo berada di hall kerajaan Scientia. Di depan mereka, raja dan ratu tampak gembira melihat mereka. Beberapa pelayan yang berjajar di samping juga tampak bahagia sekali menyambut mereka. Mereka bertepuk tangan sambil sesekali mengucapkan selamat pada Naeun. Naeun menebar senyumnya, ia terkejut melihat apresiasi Raja dan Ratu serta rakyat Scientia padanya. Ia berjanji akan menjadi putri yang terbaik bagi rakyat serta raja dan ratu.
“Kemarilah Putri Naeun” Raja berkata mempersilakan Naeun naik ke atas altar. Naeun berjalan naik ke altar, ia meniti tangga dengan anggun. Dua pelayan tampak menghampirinya, membantunya memegang gaunnya yang panjang. Seorang pelayan tampak membawa sebuah nampan kaca, tempat mahkota putri diletakkan. Pelayan itu mendekati raja dan menyodorkan nampan itu dengan sopan, sesekali ia membungkuk hormat. Raja menyuruh Naeun mendekat padanya.
“Dengan ini, Putri generasi ketiga telah terpilih, wahai rakyatku, sambutlah Son Naeun” Raja berkata dengan berwibawa, ia kemudian mengambil mahkota putri kemudian menyematkannya di kepala Naeun.
“Terimaka……….” Naeun mengucapkan terimakasih pada Raja, namun kalimatnya terputus. Ia merasakan sesuatu yang aneh. Kekuatan yang sangat besar, dingin dan penuh kebencian mendekat ke arah mereka. Sekejap kemudian, ruangan itu diliputi kegelapan, Naeun merasa ia harus melakukan sesuatu. Ia mengeluarkan kekuatannya, dengan cepat bubble lightnya menyelubunginya dengan cahaya putih.
“Naeunnie!!” Myungsoo berteriak memanggilnya. Naeun merasakan seseorang menyentuh lengannya. “Oppa, kaukah itu?” Naeun bertanya, ia tak bisa melihat apa-apa, hanya bubble light yang melingkupi tubuhnya yang tampak.
“Ne, aku disampingmu, tenang saja” jawab Myungsoo yang memegang tangan Naeun, menenangkannya. Perlahan, bubble light Naeun juga melingkupi tubuh Myungsoo.
“Apa yang terjadi?” tanya Naeun. Suaranya bergetar, ia khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi.
“Aku juga tak tahu, jangan jauh-jauh dariku Naeunnie” kata Myungsoo, ia mempererat genggamannya.
Perlahan kegelapan yang melingkupi mereka memudar. Ketika kegelapan itu benar-benar sudah hilang, mereka mendapati diri mereka masih berada di hall kerajaan Scientia. Namun, mengejutkan. Seluruh orang yang tadi berada di sana tergeletak tak sadarkan diri. Raja dan Ratu tampak tak sadarkan diri juga. Naeun terperanjat dengan pemandangan yang dilihatnya.
“Ap..apa yang terjadi? Semuanya? Raja dan ratu.. apa yang telah terjadi?” tanya Naeun. Ia tampak terkejut sekali. Apa yang telah terjadi. Kenapa semuanya tak sadarkan diri, padahal beberapa menit yang lalu mereka masih tertawa dan mengucapkan selamat padanya.
Saat itu, tiba-tiba suara tawa seorang wanita terdengar keras. Perlahan suara itu makin mendekat, pintu hall terbuka hinga muncullah sosok wanita itu. Bae Suzy.
“Suzy ah?” Naeun tak sadar bertanya, ia tak membutuhkan jawaban, hanya ia tak mempercayai sosok yang dilihatnya adalah Suzy, teman seangkatannya. Apakah Suzy yang menyebabkan ini semua?
“Ya, Aku Suzy!” Suzy menjawab dengan keras. Ia kemudian tertawa sinis lagi. Naeun makin terkejut melihatnya.
“Apa yang kau lakukan Suzy ah?” tanya Naeun pada Suzy yang masih tertawa itu.
“Apa yang aku lakukan? Cih” tanya Suzy sambil tersenyum sinis. “Aku menyihir mereka semua, mereka tak akan bangun sebelum aku memantrai mereka lagi, yah aku tak berencana membangunkan mereka jadi intinya mereka akan tidur selamanya” katanya dengan tenang.
Naeun terperanjat. Benar, temannya itu telah menyebabkan Raja dan Ratu serta rakyat Scientia tidur selamanya. Ia tak bisa mengerti jalan pikiran Suzy. Kenapa ia melakukan ini semua. Bukankah ia juga ingin menjadi putri? Kenapa ia malah menyebabkan kekacauan pada negerinya sendiri?
“Kenapa kau lakukan ini Suzy ah?” tanya Naeun, lagi lagi Suzy tersenyum sinis padanya. Naeun merasa berbicara pada Suzy, namun bukan Suzy yang ia kenal. Suzy yang ini seperti orang lain. Seperti penyihir jahat dengan kebencian luar biasa.
“Kau masih bertanya kenapa aku melakukan ini heh?” Suzy membentak Naeun. Kontan Myungsoo langsung bergerak ke depan Naeun, melindunginya dari serangan yang bisa Suzy lancarkan kapan saja. Suzy semakin benci melihat Myungsoo melindungi Naeun seperti itu. Ia merasa hatinya kembali ditusuk lagi. Suzy masih mencintai Myungsoo. Namun apa daya, Myungsoo mencintai Naeun.
Melihat Myungsoo yang melindungi Naeun itu, Suzy semakin geram. Ia menyuruh Kim Soohyun, chasernya menyerang Myungsoo.
“Soohyun oppa, habisi 2 orang itu.” Kata Suzy datar, ia memerintah Chasernya untuk menghabisi Naeun dan Myungsoo. Soohyun tak bisa menolak perintah Tamernya. Ia menghunus pedang dimensinya. Pedang dimensi Soohyun panjang dan tipis, cahayanya berwarna biru. Pedang itu mampu menyerap habis kekuatan apapun yang disentuhnya.
“Naeunnie, hilangkan bubble lightmu” Myungsoo menyuruh Naeun menghilangkan bubble lightnya, karena jika tersentuh oleh pedang Soohyun, kekuatan Naeun akan terserap habis. Naeun berwajah seakan bertanya kenapa?” , namun begitu ia melihat wajah Myungsoo yang terlihat serius dan khawatir, ia pun menurut. Cahaya di sekitar mereka berdua perlahan memudar. Suzy tampak gembira melihatnya, ia terkekeh pelan.
“Bubble lightmu yang terkuat di Scientia pun tak berguna melawan Soohyun oppa.” Suzy tersenyum dengan sinis. Ia beralih pada Soohyun dan memerintahnya untuk menyerang Naeun dan Myungsoo.
“Oppa, serang mereka, jangan biarkan mereka lolos” perintah Suzy pada Soohyun. Soohyun pun mengangguk ia tak punya pilihan selain menuruti Tamernya itu. Dalam hati ia tak suka Suzy yang bersikap sinis, kejam, dan penuh kebencian seperti sekarang.
Myungsoo menyuruh Naeun berlindung di belakangnya. Tanpa bubble lightnya, Naeun semakin mudah diserang, keselamatannya terancam. Memikirkan itu, Myungsoo semakin khawatir, ia takut Naeun celaka.
“Myungsoo ah, konsentrasi lah, karena aku tak main-main” Soohyun memperingatkan Myungsoo yang tampak tidak fokus.
“Majulah” jawab Myungsoo singkat.
Soohyun mengayunkan pedangnya yang langsing ke arah Myungsoo dan Naeun. Dengan gesit mereka berhasil menghindari serangan pedang Soohyun dan sesekali Myungsoo mencuri kesempatan untuk menyerang Soohyun dengan Black Krystal Rain nya. Ia tak bisa menyerang Soohyun dengan pedang dimensinya karena jika berkontak langsung dengan pedang Soohyun, kekuatannya akan tersedot habis. Tak ada pilihan lain, ia hanya bisa menyerang Soohyun dengan serangan jarak jauh.
Keadaan Myungsoo dan Naeun semakin terdesak. Myungsoo tampak terengah-engah karena tiap ia menyerang dengan Black Krystal Rain nya, kekuatannya berkurang sangat besar.
“Oppa, gwenchana? Kekuatanmu sudah berkurang banyak. Biar aku yang menghadapi mereka” kata Naeun yang amat khawatir melihat Myungsoo sudah terengah-engah. Naeun maju ke dapan Myungsoo namun dengan segera Myungsoo menahannya.
“Jangan… kau tak bisa melawannya.. apa lagi tanpa bubble light.. jangan Naeunnie” kata Myungsoo sambil mengatur nafasnya.
“Jadi hanya segitu kekuatanmu L?” Soohyun menyela mereka. Sebenarnya ia juga tampak kelelahan namun berusaha ia tutupi agar Suzy senang melihat Chasernya lebih kuat daripada Myungsoo.
“Jangan panggil dia dengan nama itu!” Teriak Naeun, ia tak suka Myungsoo dipanggil dengan sebutan itu. “Myungsoo adalah Myungsoo, bukan L” lanjutnya
Suzy menatap Naeun dengan benci, ia membenci Naeun yang memberikan nama Myungsoo pada L. Ia teringat kejadian saat mereka pertama kali bertemu dengan Myungsoo. Kilasan kilasan kejadian yang membuatnya sedih terus bermunculan, kejadian saat pertama kali bertemu dengan Myungsoo, Naeun yang berhasil mengendalikan Myungsoo menjadi Chasernya, kejadian saat Naeun dan Myungsoo berpelukan, saat Myungsoo memberikan sepatu kaca yang sangat ia inginkan pada Naeun bukan pada dirinya dan saat Naeun dinobatkan menjadi Putri generasi ketiga. Semua kilasan kejadian itu membuat Suzy semakin geram, ia membenci Naeun, sangat membencinya. Ia ingin Naeun segera lenyap agar ia tak merasa sakit karena semua mimpi-mimpinya direbut oleh Naeun. Ia sudah gelap mata, ia tak peduli lagi apakah yang ia lakukan itu benar atau salah, hanya ada satu rasa dalam hatinya, dan itu adalah kebencian.
“SOOHYUN OPPA!! BUNUH NAEUN SEKARANG JUGA!!!!!” Teriak Suzy pada Soohyun. Soohyun mengangguk dan segera melancarkan serangannya pada Naeun.
Naeun yang saat itu lengah terkena serangan Soohyun. Kekuatannya terserap habis. Ia jatuh, dan tak sadarkan diri.
Myungsoo melihat itu semua. Matanya terbelalak, ia tak mempercayai penglihatannya sendiri. Naeun tak bergerak. Naeun nya yang ia cintai tak bergerak lagi. Myungsoo berjalan terhuyung mendekati tubuh Naeun . Ia belum bisa percaya Naeun sudah mati. Naeun tak boleh mati, begitu pikirnya sambil memandangi wajah cantik kekasihnya.
Suzy menatap Naeun yang tergeletak itu dengan senang. Ia tertawa keras-keras, Naeun yang selama ini membuatnya menderita telah lenyap.
“Oppa, bagus sekali… “ kata Suzy memuji Chasernya yang berhasil membunuh Naeun.
Soohyun tampak iba melihat Myungsoo yang amat sedih melihat kekasihnya tergeletak tak bernyawa. Soohyun memasukkan pedang dimensinya dengan hati-hati. Ia sudah tak perlu menggunakannya lagi, karena jiwa Myungsoo akan ikut dengan jiwa Naeun. Hal itu sudah ada di perjanjian antara Chaser dan Tamer.
Myungsoo terus memandangi wajah Naeun yang perlahan memucat. Ia menyentuh pipi Naeun. Saatnya pergi akan tiba juga, ia bersyukur karena sudah mengikat kontrak dengan Naeun karena jika Naeun pergi ia akan ikut dan tak perlu menjalani dunia tanpa kekasihnya itu. Perlahan jiwa mereka berdua terlepas dan naik ke atas, terus ke atas hingga menghilang dari pandangan. Jasad mereka tetap di tempat itu. Tergeletak berdampingan.
Suzy melihat mereka dengan nanar. Berbagai perasaan berkecamuk di hatinya, namun seakan kebas, ia malah tak bisa merasa apa apa. Semestinya ia senang karena Naeun sudah mati, namun ia tak merasa senang. Entah apa yang terjadi pada Suzy, ia hanya diam mematung memandangi tubuh Naeun dan Myungsoo. Tiba-tiba ledakan emosi terjadi pada Suzy, ia tertawa keras. Terus tertawa, dengan ekspresi dingin yang kejam.
“Soohyun oppa, Myungsoo sekarang jadi milikku” kata Suzy di sela tawanya. Soohyun menatap Tamernya itu iba. Ia sedih melihat Suzy jadi seperti sekarang. Suzy seperti dirasuki perasaan jahat dan obsesi semata. Ia sudah bukan Suzy yang dulu.
“Suzy ah, hentikan” kata Soohyun pelan namun cukup keras bagi Suzy untuk mendengarnya. Suzy menoleh ke arah Soohyun.
“Wae? Aku hanya senang karena orang yang membuatku menderita sudah lenyap dan akhirnya Myungsoo menjadi milikku. Apa itu salah?” katanya.
Soohyun menghela napas. Suzy yang ia kenal seakan sudah tak ada dalam diri Suzy yang sekarang berada di hadapannya.
“Myungsoo sudah mati. Jiwanya pergi dengan jiwa Naeun. Apa kau tak mengerti itu Suzy ah?” tanya Soohyun berusaha memberi pengertian pada Suzy. Namun Suzy tak bisa terima dan malah marah padanya.
“Tidak! Kau salah oppa!! Myungsoo ada disini, dan dia milikku” kata Suzy sambil menunjuk jasad Myungsoo. Ia kemudian tersenyum penuh kepuasan. Soohyun sedih sekali melihat Suzy yang tak kunjung mengerti. Emosinya meluap, ia sangat benci melihat Tamernya bersikap seperti itu. Soohyun memegang kedua bahu Suzy dan menatap lurus ke matanya. Suzy terkejut dengan sikap Soohyun itu.
“Dengar Suzy ah, Myungsoo sudah mati. Dan itu apa artinya? Dia tak bisa jadi milikmu. Hentikanlah obsesimu itu, aku mohon.” Kata Soohyun sambil menatap mata Suzy. Ia berusaha menyadarkan Suzy akan obsesi berlebihannya. Suzy mengerutkan dahinya. Ia tak suka Soohyun berkata seperti itu. Dengan kasar Suzy menepis tangan Soohyun yang memegang bahunya.
“Tidak!! Kau lihat itu oppa! Myungsoo disana!! Ia hanya tidur!!” kata Suzy dengan keras “Lebih baik oppa menghilang juga!! “ Suzy membentak Soohyun. Soohyun menganggap perkataan Suzy tadi sebagai sebuah perintah. Dan itu artinya, Suzy menyuruhnya untuk lenyap. Soohyun tak punya pilihan lain, ia menuruti perintah Tamernya itu.
“Baiklah kalau itu maumu, tapi satu hal yang harus kau tahu Suzy ah. Kebencian hanya akan membuatmu menderita. Dan aku..tak ingin kau menderita karena kebencian itu, karena aku mencintaimu.. maaf karena selama ini aku tak mengatakannya. Selamat tinggal” kata Soohyun. Matanya berkaca-kaca namun air matanya tertahan. Egonya sebagai seorang pria tak mengijinkan air mata menetes dari mata hitamnya. Suzy tak menganggap perkataan Soohyun, ia tak peduli pada Chasernya itu. Terus menerus ia memandangi jasad Myungsoo. Soohyun mengeluarkan pedang dimensinya dan menusukkannya ke dadanya sendiri. Ia pun mati, dengan kesedihan yang luar biasa. Suzy tak melihatnya sama sekali, ia hanya sibuk dengan jasad Myungsoo. Perlahan Suzy menyelebungi jasad Myungsoo dengan bubble lightnya dan membawanya pergi.
Sesaat setelah Suzy pergi, muncul sesosok gadis bergaun putih. Ia tergopoh-gopoh menghampiri Naeun dan Myungsoo yang sudah tiada.
“Naeun eonnie, Myungsoo oppa, bangunlah. Apa yang terjadi?” katanya sambil menatap tubuh Myungsoo dan Naeun bergantian. Betapa terkejutnya ia melihat pemandangan istana utama yang kacau balau. Seluruh penghuni istana utama tergeletak tak berdaya. Ia mengira hari ini adalah hari bahagia karena Naeun, salah satu eonnie terbaiknya dinobatkan menjadi putri generasi ketiga. Dengan terburu-buru ia menyusul ke istana utama setelah tugasnya di Earthland selesai agar bisa menghadiri upacara penobatan Naeun, namun yang ia jumpai malah keadaan mengenaskan yang menimpa Naeun dan Myungsoo.
“Naeun eonnie, apa yang terjadi? Bangunlah” katanya sambil sesenggukan. Air matanya mengalir bulir demi bulir membasahi pipinya. Ia mengutuk dirinya yang selalu menyaksikan kejadian tragis yang menimpa para putri. Gadis itu terus menangis hingga ia tak sengaja meliha sepasang sepatu kaca teronggok di dekat tubuh Naeun dan Myungsoo. Ia menatap sepatu itu nanar, terperangah karena ia tahu bahwa sepatu itu sepatu terkutuk yang membuat Eunji, putri generasi kedua sekaligus eonnie yang disayanginya juga meninggal dengan tragis. Benaknya diliputi pertanyaan kenapa sepatu itu bisa kembali ke Scientia padahal dulu ia sudah memindahkannya ke dimensi lain. Gadis itu adalah Lee Hyeri. Lagi-lagi ia harus menyaksikan akibat dari kutukan sepatu itu. Ia bersumpah akan membuang sepatu itu jauh-jauh agar tak ada seseorang yang mengalami nasib buruk karenanya.
Hyeri mengeluarkan kekuatannya. Perlahan ia mengangkat tangannya, dan membentuk suatu segel. Ia menunjuk ke ruang kosong ke hadapannya dan perlahan ruang kosong itu menghitam, terus menghitam. Hyeri membaca mantra-mantra hingga ruang hitam tadi perlahan menampakkan suatu pemandangan. Earthland. Ia membuang sepatu terkutuk itu kesana sembari berharap pilihannya itu benar. Semoga sepatu itu tak mengakibatkan nasib buruk pada siapapun lagi.
Scientia, beberapa tahun setelah kejadian itu. Istana putri yang dulunya indah, penuh bunga-bungaan warna warni, sekarang dindingnya lusuh dan tamannya hanya berisi mawar berwarna hitam yang sudah layu. Di dalamnya, Suzy, mantan calon putri generasi ketiga itu tampak sibuk. Ia terus menerus memandangi jasad Myungsoo yang telah ia letakkan dalam peti kaca. Suzy duduk di singgasananya. Kanan dan kirinya penuh buku-buku usang yang ia ambil dari ruang rahasia akademi Tamer. Ia mencari cara untuk membangungkan Myungsoo. Namun beratus-ratus buku yang ia baca tak menghasilkan apa-apa. Suzy melempar buku-buku itu, murka karena tak kunjung menemukan cara untuk membuat Myungsooo hidup kembali. Sampai suatu saat, ia tak sengaja membaca buku harian milik kepala akademi Tamer. Di situ sang kepala akademi menuliskan tiap kekuatan para anak didiknya. Mata Suzy melotot menatap baris demi baris buku harian itu. Ia membaca bahwa kekuatan Naeun yang sebenarnya adalah memanggil jiwa Chasernya, jadi jika Chasernya mati Naeun tetap bisa membuat Chasernya hidup kembali. Kekuatan yang mengerikan, namun resikonya amat besar. Jika upacara pemanggilan jiwa tidak sempurna, maka nyawa sang pemanggil jiwalah yang akan menjadi gantinya. Kekuatan itu hanya bisa digunakan satu kali saja. Suzy menyeringai puas membaca buku harian itu. Akhirnya ia menemukan cara untuk menghidupkan Myungsoo. Namun ia harus menggunakan kekuatan Naeun, sedangkan Naeun sudah mati. Ia berpikir keras dan tiba-tiba wajah Hyeri berkelebat di pikiranya. Hyeri. Gadis itu mampu berpindah dimensi dan memindahkan benda ke dimensi lain. Jika Naeun dimensi lain dibawanya ke Scientia maka ia bisa menggunakan kekuatan Naeun untuk menghidupkan Myungsoo. Ide gila itu berhasil membuat Suzy tertawa keras. Ia lalu memanggil Chaser dan Tamer yang telah ia hipnotis. Dalam sekejap, boneka-boneka Suzy itu muncul di hadapannya.
“Cari Lee Hyeri dan bawa dia ke hadapanku, sekarang juga.” Katanya memerintah Chaser dan Tamer itu. “Oh ya. Dalam keadaan hidup” katanya melanjutkan.
“Baik Nona”
Chaser dan Tamer itu mengangguk patuh, mereka segera menghilang dari hadapan Suzy untuk memenuhi perintah tuannya itu. Dengan kekuatan mendeteksi aura, mereka bisa dengan mudah menemukan Hyeri. Hyeri tengah berada di Silent Forest. Gaun putihnya tampak kusam. Ia tak punya siapa-siapa lagi. Eonnie-eonnie terdekatnya, Naeun, Eunji dan Tamer yang lain telah tiada. Sebagian besar terkena hipnotis Suzy sedangkan yang lain tertidur karena kekuatan sihirnya. Hyeri tampak muram, ia duduk di bawah pohon di depan rumah kayunya. Ia merindukan Scientia yang dulu, Scientia yang damai, cerah, penuh tawa, bukan Scientia yang dingin, suram dan penuh kegelapan seperti sekarang. Ia berpikir seandainya Eunji eonnie tidak mati, Naeun juga tidak mati Suzy eonnie yang tidak berubah bengis seperti saat ini, pasti Scientia tak akan menjadi seperti sekarang. Ia teringat dengan sepatu terkutuk itu, sepatu itulah yang membuat nasib buruk terjadi di negeri yang ia cintai.
Suara menggelegar yang memekakkan telinga membuat lamunan Hyeri buyar seketika. Pohon-pohon sekitarnya tiba-tiba rubuh, dalam sekejap muncul 4 orang yang amat Hyeri kenal. Mereka adalah Park Chorong, Nam Woohyun, Lee Sungyeol dan Hong Yookyung. Senior-senior Hyeri di akademi Tamer.
“Chorong eonnie dan… Yookyung eonnie?” Ap..apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Hyeri. Nada suara Hyeri menyiratkan kerinduan yang luar biasa.
“Menangkapmu” kata Chorong singkat. Hyeri terhenyak. Sebuah kesadaran baru menerpa dirinya. Orang-orang yang dihadapannya ini sudah bukan orang yang ia kenal dulu lagi. Mereka terkena pengaruh sihir Suzy. Hyeri mengepalkan tangannya, dalam hati ia bersumpah tak akan memaafkan Suzy.
Hyeri tak kuasa melawan 4 orang itu dan akhirnya tertangkaplah ia. Chorong menggunakan kekuatan segelnya untuk mengunci Hyeri. Hyeri pun tertangkap dan dibawa ke Suzy, entah apa yang akan Suzy lakukan padanya.
“Nona, kami sudah menangkap Lee Hyeri” kata Woohyun seraya mendorong Hyeri dengan kasar ke hadapan Suzy. Suzy tersenyum senang, memang menghipnotis Chaser dan Tamer adalah pilihan yang amat bagus. Ia beranjak dari singgasananya, berjalan ke arah Hyeri yang kedua tangannya terikat ke belakang. Perlahan namun pasti ia mendekati Hyeri. Dengan mata bulatnya ia mengamati Hyeri dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu ia tersenyum sinis dan mengangkat dagu Hyeri, menatap lurus ke matanya.
“Lee Hyeri, lama sekali aku tak bertemu denganmu ya” kata Suzy basa basi. Hyeri menatap Suzy benci.
“Ya, dan eonnie telah banyak berubah” katanya dengan sinis pula. “oh tidak, mungkin lebih tepatna, eonnie sekarang adalah orang lain.” Katanya melanjutkan. Suzy tertawa keras. Menurutnya kata-kata Hyeri itu amatlah lucu.
“Kau pintar sekali Hyeri ah, Suzy yang dulu memang sudah mati. Oh, atau memang aku yang sekarang ini adalah Suzy yang sesungguhnya. Kau saja yang tak tahu” kata Suzy sambil terus tertawa. Hyeri memandang mantan seniornya itu dengan murka.
“Ya!! Penyihir jelek!! Kembalikan Scientia seperti semula!!” teriak Hyeri pada Suzy. Suzy mendelik, dan tiba-tiba ikatan di tangan Hyeri menguat membuatnya meringis menahan sakit.
“Diam kau kalau masih ingin hidup. Dengarkan perintahku baik-baik.” Kata Suzy mengancam Hyeri yang mulai menentangnya.
“Tidak!’ Hyeri berkata dengan keras. Ia tak mau sedikit pun menuruti perintah Suzy.
“Aku akan membunuh seluruh penghuni Scientia kalau kau tak mau menuruti perintahku. Kau tahu pasti aku mampu melakukannya” ancam Suzy sambil menatap lurus ke mata Hyeri. Ia merasakan ancamannya amat efektif bagi gadis semuda Hyeri.
Mau tak mau, Hyeri pun menuruti perintah Suzy. Ia tak ingin Scientia hancur karenanya. Suzy tersenyum penuh kemenangan melihat Hyeri yang mau menuruti perintahnya.
“Buka gerbang dimensi ke earthland, bawa aku ke tempat Son Naeun versi earthland berada. Dan oh ya…. Sepatu kaca itu.. bawa aku ke tempat dimana sepatu itu berada” kata Suzy memerintah Hyeri. Hyeri tampak terkejut. Dari mana Suzy tahu kalau sepatu terkutuk itu dibuangnya ke earthland? Ia tak bisa membiarkan sepatu itu jatuh ke tangan Suzy.
Suzy mengetahui perubahan ekspresi Hyeri yang mendadak memucat. Tebakannya benar, sepatu kaca itu benar-benar ada di earthland, ternyata informannya tak salah. Ia semakin senang mengetahui kenyataannya itu. Rencananya menggunakan kekuatan sepatu itu untuk membangunkan Myungsoo akan menjadi nyata.
“Dari mana kau tahu tentang sepatu itu?” tanya Hyeri pada Suzy yang tampak tersenyum gembira itu.
“Tak penting, sekarang cepat kau buka gerbang dimensi” perintah Suzy yang segera ingin melancarkan aksi jahatnya.
Hyeri pun menurut, tapi dalam hati masih menolak untuk memberitahu Suzy dimana letak sepatu itu berada. Ia cukup merasa lega telah menyembunyikan sepatu itu di sudut Earthland. Hyeri berharap Suzy tak bisa menemukannya.
“Sepatu itu tak ada di earthland, aku sendiri yang memindahkannya” kata Hyeri mencoba berbohong.
“Ya! Sudah kubilang buka pintu dimensi ke earthland!” kata Suzy memerintah Hyeri lagi. Hyeri menatap tangannya yang terikat. Suzy mengerti maksud Hyeri. Ia tak bisa membuka pintu dimensi dalam keadaan tangan terikat. Suzy lalu menyuruh Woohyun melepas ikatan Hyeri. Namun Suzy cukup pintar, ia menyuruh Woohyun yang berkekuatan elemen air untuk mengawasi pergerakan Hyeri.
“Awasi pergerakan gadis ini, kalau ada yang mencurigakan, segera kurung dia dengan Water Prison mu” kata Suzy memerintah Woohyun.
Hyeri yang mendengarnya langsung merasa kalah. Rencananya gagal. Ia berencana untuk diam-diam mengirimkan Suzy ke dimensi lain dan menguncinya di sana. Namun Suzy tak sebodoh yang ia kira. Ia mengumpat dalam hati.
“Jangan macam-macam, buka pintu dimensi ke earthland sekarang juga.” Kata Suzy memberi tekanan pada setiap suku kata yang ia ucapkan.
Hyeri tak punya pilihan lain. Ia segera membuka pintu dimensi menuju earthland, sekejap di depan matanya muncul lubang hitam yang semakin lama menampakkan pemandangan earthland, dan pintu dimensi terbuka.
“Bawa aku ke tempat Son Naeun berada” kata Suzy memerintah Hyeri lagi. Mau tak mau Hyeri menurut. Dengan deteksi auranya ia berhasil menemukan Son Naeun. Gadis itu berada dalam sebuah penjara. Gelap dan dingin. Rambutnya kusut, wajahnya muram, ia seperti hidup segan namun mati pun tak mau. Jiwa gadis itu seakan telah melayang entah kemana. Hyeri iba melihat Naeun dalam kondisi seperti itu dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada gadis malang itu.
Begitu melihat wajah naeun versi earthland, Suzy pun tersenyum senang. Rencananya berhasil, ia akan menculik gadis itu dan melakukan rencana gilanya. Memakai tubuh gadis itu untuk membangkitkan kekuatan Naeun versi Scientia dan menghidupkan Myungsoo kembali.
Perlahan Suzy masuk ke dalam pintu itu. Begitu ia masuk ke dalam pintu itu, ia seakan berada pada terowongan yang amat gelap namun sekejap kemudian ia sudah berada di dalam penjara tempat Naeun berada. Gadis itu tampak terkejut akan kedatangan Suzy yang tiba-tiba. Namun raut wajahnya tetap sama, tak berekspresi, penuh kepedihan dan cenderung memilukan.
“Kau Son Naeun?” tanya Suzy pada gadis itu. Gadis itu menatap Suzy, lalu mengangguk namun tak mengatakan sepatah kata pun.
“Tatap mataku” kata Suzy. Ia menghipnotisnya. Gadis itu pun terjatuh dalam hipnotis Suzy. Ia tak sadarkan diri, Suzy memanfaatkan kesempatan itu untuk membawanya ke Scientia.
Hyeri melihat hal itu. Ia sadar, bahwa Suzy berencana menculik Naeun versi earthland dan membawanya ke Scientia. Entah apa maksudnya, Hyeri belum mengetahuinya secara pasti. Namun ia merasa rencana Suzy adalah rencana jahat yang akan membawa kehancuran lagi bagi negerinya. Ia melirik Woohyun yang masih fokus memperhatikan setiap gerak geriknya. Sial, begitu umpatnya dalam hati. Ia tak bisa melakukan apa-apa jika Woohyun terus memperhatikannya. Hyeri berpikir keras bagaimana cara mengalihkan perhatian Chaser itu. Namun otaknya seakan buntu, tak bisa memberikan solusi. Namun tiba-tiba ia melihat sebuah buku besar teronggok di samping kakinya. Oke, kekuatan fisiknya memang tak sekuat Kim Namjoo, namun menendang buku seperti cukup mampu ia lakukan. Ia menatap Woohyun sekilas, lalu menendang buku tebal itu ke arahnya. Perhatian Woohyun cukup tersita karena buku tebal itu mengarah tepat ke arahnya. Namun sial, Park Chorong melihat tiap gerakan Hyeri. Ia berhasil menghentikan pergerakan buku yang mengarah ke woohyun itu, dengan segelnya, Chorong menghisap buku itu dan menguncinya di sana. Rencana Hyeri gagal lagi. Dan konsekuensinya ia harus merasakana Water Prison Woohyun. Mendadak Hyeri diliputi air yang tekanannya amat besar. Seakan tubuhnya mau meledak karena tekanan airnya. Wajah Hyeri tampak kesakitan namun Woohyun tak menghentikan Water Prisonnya. Berkali-kali Hyeri tampak mengaduh namun tak dihiraukan olehnya.
“Bagus sekali Woohyun, Chorong” Siksa dia sampai mati” kata Suzy begitu ia menyelesaikan urusannya di earthland dan kembali ke Scientia melalui pintu dimensi yang dibuat Hyeri. Ia tampak membawa Naeun dengan bubble lightnya. Naeun versi earthland itu tertidur berkat sihir hipnotis Suzy.
“Gadis ini berusaha mengalihkan perhatian saya nona, saya yakin dia bermaksud menutup pintu dimensinya dan mengurung nona di dimensi itu” kata Woohyun menyampaikan apa yang dipikirannya. Dan itu benar, Hyeri memang bermaksud mengurung Suzy di earthland, namun sayang rencananya gagal. Kini Hyeri malah yang tersiksa di dalam Water Prison Woohyun.
“Gadis tengik ini punya rencana busuk rupanya” siksa dia terus, tapi oh, jangan sampai membunuhnya, aku masih membutuhkannya untuk mendapatkan sepatu sakti yang masih berada di earthland” kata Suzy seraya melenggang meninggalkan para bonekanya dan Hyeri. Ia membawa Naeun dan mengurungnya di salah satu ruangan di istananya. Naeun masih tertidur, ia mungkin takkan terbangun sampai Suzy memanfaatkannya untuk menghidupkan Myungsoo.
Di tempat dimana Hyeri terkurung oleh Water Prison Woohyun, para Chaser dan Tamer yang sudah dihipnotis oleh Suzy tampak menunggu perintah darinya. Entah itu untuk menghabisi Hyeri atau yang lain. Suzy tampak berjalan ke arah mereka.
“Lepaskan dia” kata Suzy pada Woohyun. Woohyun mengangguk hormat.
“Baik Nona” jawab Woohyun sambil melepas Water Prison yang menyelubungi Hyeri. Hyeri terjatuh, tubuhnya basah kuyup. Ia tersengal-sengal dan tak berdaya.
“Sekarang, bawa aku ke tempat sepatu itu berada” kata Suzy memerintah Hyeri yang tengah tersengal-sengal dengan tubuh basah kuyup itu.
“A..Aku…Tak Bisa” katanya sambil mengatur nafasnya.
“Aku tak peduli, kau harus membawaku ke sana” kata Suzy menuntut, ia tak mau tahu.
“Kekuatanku terserap oleh Water Prison tadi, sekarang aku tak bisa menggunakannya lagi” kata Hyeri, ia jujur karena memang kekuatannya terserap oleh Water Prison Woohyun. Ia tak bisa menggunakannya untuk saat ini, atau untuk jangka waktu yang ia pun tak tahu.
“Jangan bohong!!” bentak Suzy, ia tak mempercayai kata-kata Hyeri. “Woohyun, siksa dia lagi! Memang dia perlu diberi sedikit pelajaran!!” kata Suzy pada Woohyun.
“Arrggghh” teriak Hyeri begitu Water Prison Woohyun mengurungnya lagi, seluruh tubuhnya sakit luar biasa karena tekanan air yang begitu besar, dan ia pun tak bisa bernafas.
“Cukup” kata Suzy memerintah Woohyun untuk melepas Water Prisonnya. Hyeri pun terjatuh ke lantai lagi. Keadaannya lebih mengenaskan dari sebelumnya.
“Sekarang bawa aku ke earthland” perintah Suzy pada Hyeri. Hyeri hanya mengangkat kepalanya sedikit, ia tak mampu bicara. Seluruh tubuhnya sakit, dan ia merasa tak bisa bertahan lagi. Sekejap kemudian ia pun pingsan. Suzy yang melihat Hyeri tak sadarkan diri semakin kesal. Ia ingin cepat mendapatkan sepatu itu tapi satu-satunya orang yang bisa membawanya ke tempat sepatu itu berada malah kehilangan kekuatannya. Ia mengumpat dalam hati. Suzy menatap Hyeri yang terbaring tak berdaya itu dengan kesal dan menendang kakinya.
“Ya!! Bangun!! Dasar tak berguna!!” umpat Suzy pada Hyeri. Ia kemudian beralih menatap Woohyun “Ya!!! Kau juga, kenapa kau membuat kekuatannya hilang!! Aku masih membutuhkan kekuatannya, dasar kalian semua bodoh!!” umpat Suzy lagi, kini ia menatap semua orang yang berada di ruangan itu. Ia benar-benar kesal dan marah karena rencananya yang tinggal selangkah lagi malah gagal.
“Enyahkan gadis tak berguna ini dari hadapanku! Cih, aku tak butuh dia lagi!” bentak Suzy pada anak buahnya sambil bergegas pergi dari ruangan itu.
Woohyun membungkuk dengan hormat ke arah Suzy, begitu pula Chaser dan Tamer yang lain. Hyeri masih terbaring tak berdaya dan belum sadarkan diri.
End of flashback
“Begitu aku bangun, aku sudah berada di Silent Forest. Sekujur tubuhku nyeri dan aku tak punya kekuatan apapun. Membuat bubble light pun aku tak bisa.” Hyeri melanjutkan ceritanya. Ekspresinya muram. Bahkan sampai sekarang pun ia tak bisa menggunakan kekuatan berpindah dimensinya.
“Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?” Eunji bertanya seakan menuntut Hyeri untuk melanjutkan ceritanya.
“Aku memulihkan diriku di rumah kayu ini. Namun kekuatanku untuk membuka pintu dimensi lain tetap tak bisa digunakan. Setelah berlatih beberapa lamanya, kekuatan pertahanan dan teleportasiku akhirnya kembali, namun itu pun sangat terbatas.” Lanjut Hyeri.
Eunji terdiam sejenak. Dari tadi ada yang sangat menganggu pikirannya. Ya, tentang sepatu itu. Apakah sepatu kaca yang diceritakan Hyeri sama dengan sepatu kaca yang dilihatnya tempo hari saat ia masih di Earthland?
“Hyeri ah, lalu bagaimana dengan sepatu itu? Dimana benda itu sekarang?” tanya Eunji menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya.
“Aku tak tahu, mestinya sepatu itu ada di Earthland sekarang, Suzy belum berhasil mengambilnya, kurasa. Tetapi, aku merasakan kekuatan sepatu itu berada amat dekat dengan kita. Entahlah, aku tak yakin” kata Hyeri menjawab pertanyaan Eunji.
“Jadi sepatu itu ada di dimensi ini? Oh ya, seingatku saat aku jatuh dari atap itu aku sedang membawa sepatu kaca itu. Tapi, entahlah, aku lupa..” kata Eunji, dahinya berkerut berusaha mengingat-ingat.
“Mwo!!!” jadi sepatu itu memang benar-benar ada di Scientia?!!” Hyeri terkejut. Ia sebelumnya tak yakin sepatu kaca itu berada di Scientia, namun perkataan Eunji meyakinkannya.
“Eh.. aku tak tahu.. apakah sepatu kaca itu sepatu yang sama seperti yang ada dalam ceritamu.. tapi aku ingat betul, sepatu itu ikut jatuh bersamaku dari atap.” Jawab Eunji.
Hyeri terlihat tenang kembali, ia tampak berpikir, lalu mengangguk-angguk sendiri. Eunji heran melihat sikap Hyeri yang unik.
“Jadi begitu, aku paham sekarang. Intinya, saat kalian jatuh dari atap itu, entah kenapa pintu dimensi yang aku buat dulu tiba-tiba terbuka, dan tadaah kalian masuk ke dimensi ini. Dan yaaah, bersama sepatu itu, kurasa. Tapi sekarang pertanyaannya adalah, dimana sepatu itu???” Hyeri mengoceh sendiri. Eunji merasa diacuhkan sehingga ia beralih menatap Hoya yang masih terlelap.
“Apakah kalian melihat sepatu itu saat pertama kali berada di sini??” tanya Hyeri antusias. Mengetahui letak sepatu itu amat penting baginya, sebelum jatuh ke tangan Suzy yang jahat.
Eunji kembali menatap Hyeri yang sedang menatapnya, menuntut jawabannya segera.
“Aku tak melihat benda aneh di sekitarku saat itu” jawab Eunji. Seketika Hyeri kecewa.
“Ya, aku juga tak melihat apapun saat memindahkan kalian kemari dengan teleportasiku” Hyeri menambahkan.
“Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Eunji. Hyeri menatap Eunji, matanya berkilat, tekadnya sudah bulat. Ia tak akan membiarkan sepatu itu jatuh ke tangan Suzy.
“Kita harus mendapatkan sepatu itu, sebelum Suzy mendapatkannya.” Kata Hyeri
“lalu?” tanya Eunji lagi. Ia masih belum tahu apa rencana Hyeri.
“Kita akan menyegelnya, agar sepatu itu tak bisa membuat kekacauan takdir lagi di Scientia maupun di Earthland” Kata Hyeri lagi. Eunji mengernyit, ia belum paham apa maksud Hyeri. Namun, ia paham kalau sepatu itu sama sekali tidak membawa pengaruh baik dimana pun. Ya, ia harus mendapatkannya dan menyegelnya sebelum orang lain khususnya Suzy menggunakannya untuk kejahatan dan obsesi pribadinya.
~oOo~
Jujur, aku sebagai yang nulis aja bingung. Hahaha. Semoga yang baca nggak bingung deh ya~
Oh iya, ff baru yang aku bilang di post sebelumnya, mungkin baru aku post setelah part 6 FF ini selesai. Semoga bisa cepet. hohoho.
Ternyata bisa ngepost FF aja seneng banget. LOL. I'm such a simple minded person after all.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar